Penalaran Induktif dan Deduktif
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan
berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses
berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir
menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang
kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada
hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu.
Menurut Jujun.S.Suriasumantri (1996) bahwa
dilihat dari hakikat usaha mencari kebenaran, sebenarnya sumber pengetahuan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) pengetahuan yang didapat atau
bersumber dari hasil usaha aktif manusia, baik melalui penalaran ilmiah
(analitik) maupun melalui perasaan intuisi (nonanalitik); dan (2) pengetahuan
yang didapat atau bersumber bukan dari usaha manusia, yaitu dari wahyu Tuhan
melalui para Malaikat dan para Nabi atau Rasul. Hakikat penalaran ilmiah adalah
merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran
deduktif berorientasi pada pandangan positivisme atau rasionalisme, sedangkan
penalaran induktif berorientasi pada pandangan konstruktivisme atau empirisme.
Berfikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari
sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum
yang umum (W.J.S.Poerwadarminta, 2006: 444) Logika induktif, merupakan cara berpikir
untuk menarik kesimpulan dari kasus khusus atau contoh menuju kasus umum atau
dalil atau hukum atau kesimpulan umum (Jujun.S.Suriasumantri, 1996:48). Orientasi filosofis dari logika
induktif adalah lebih mengarah ke aliran empirisme, sedangkan orientasi
filosofis dari logika deduktif adalah lebih ke arah aliran rasionalisme atau
positivisme. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum). Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa
cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh
dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa
(tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian
bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula. Contoh logika induktif antara lain: –
Kucing adalah binatang pemakan daging (karnifora); – Hiramau adalah binatang
pemakan daging (karnifora); Serigala adalah binatang pemakan daging
(karnifora); Jadi, Kucing, Harimau dan Serigala adalah binatang karnifora.
Metode berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif. Contoh:
·
Jika dipanaskan, besi memuai.
·
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
·
Jika dipanaskan, emas memuai.
·
Jika dipanaskan, platina memuai.
·
Jika dipanaskan, logam memuai.
·
Jika ada udara, manusia akan
hidup.
·
Jika ada udara, hewan akan hidup.
·
Jika ada udara, tumbuhan akan
hidup.
·
Jika ada udara mahkluk hidup akan
hidup.
Berfikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa
Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan
yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi
(W.J.S.Poerwadarminta, 2006:273). Deduksi adalah
cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Jujun.S.Suriasumantri, 1996: 48-49)
Pada penalaran induksi, kebenaran didapat dari sebuah bukti kemudian dicocokan dengan teori, tetapi cara deduksi
adalah sebaliknya. Kebenaran didapat dari teori ke bukti, sehingga jika ditemukan kecocokan antara teori dan bukti maka dapat
dikatakan teori itu benar.
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Sumber Pustaka
JujunS. Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
W.J.S. Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
JujunS. Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
W.J.S. Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Post a Comment