Dokter Cipto Mangunkusumo Dijebak Mata-Mata Belanda
Suatu hari di bulan Juli 1927, seorang kopral KNIL dari suku Minahasa mendatangi rumah Dokter Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Cipto yang pernah dibuang ke Negeri Belanda itu, di kenal seorang dokter egaliter yang getol mengritisi pemerintah kolonial. Sebagai orang pergerakan, Cipto tentunya dijauhi semua orang militer. Bagi KNIL, mendekati orang pergerakan berarti menebar benih masalah dan harus siap berurusan dengan aparat hukum kolonial macam Politieke Intelingen Dienst yang biasa disebut PID.
Kopral yang menjadi tamu itu diterima dengan baik oleh Cipto di rumah sekaligus tempat prakteknya. Kopral itu sepertinya menganggap Cipto sebagai orang radikal dalam pergerakan kala itu. Dengan menemui Cipto, Kopral itu merasa mendatangi orang yang tepat untuk bercerita.
Sekelompok KNIL Minahasa akan melakukan pemberontakan. Mereka berencana menerobos Pyrotechnische Werkplaats semacam bengkel militer. Di bengkel yang menyimpan amunisi itu, komplotan pemberontak itu akan meledakan bom. Jika bengkel meledak, menurut si Kopral, hal itu akan merugikan KNIL, sekaligus pemerintah kolonial. Sebelum pamit dari rumah Cipto, Kopral Minahasa itu meminta uang kepada Cipto sebesar f 10. Si Kopral mengatakan, ia ingin mengunjungi istri dan anaknya di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), Jakarta Timur sebelum meledakan bengkel senjata KNIL.
Tindakan si Kopral tersebut berarti pengkhianatan bagi KNIL dan pemerintah Hindia Belanda. Krijgsraad (pengadilan militer) bisa menjatuhkan hukuman mati pada mereka. Mereka juga Sadar, bahwa mereka akan ditumpas oleh kawan-kawan mereka, dari suku Ambon, Jawa juga orang-orang Belanda yang menjadi serdadu KNIL. Jumlah mereka yang sedikit itu, tentunya dengan mudah akan dihabisi serdadu KNIL lainnya dengan perintah dari petinggi KNIL di Jakarta.
Si Kopral dan teman-temannya nekat melanjutkan rencananya. Tapi sebelum rencana mereka berjalan, pemerintah kolonial telah mencium gelagat mereka. Rencana peledakan bengkel beserta gudang amunisinya itu gagal. Selanjutnya, serdadu-serdadu yang menjadi bagian dari komplotan itu disikat oleh pemerintah kolonial.
Kalau mereka benar bukan mata-mata Belanda, dapat dipastikan serdadu-serdadu itu akan dituntut oditur militer dan dijatuhi hukuman berat oleh Krijgsraad. Namun tidak diketahui bagaimana bentuk hukuman kepada serdadu-serdadu karena rencana pemberontakan itu tidak pernah tersebar luas
Gara-gara pemberontakan yang gagal itu, Dokter Cipto Mangunkusumo terkena getah la dituduh terlibat dalam pemberontakan karena kunjungan si Kopral Minahasa ke rumahnya.
Post a Comment