Tepuk Bulu Masa Lalu Bulu Tangkis
Bulu tangkis diperkirakan masuk ke Indonesia beberapa dekade sebelum kemerdekaan. Boleh jadi tahun 1920-an bulu tangkis sudah di mainkan, meskipun surat kabar-surat kabar masa itu tak pernah memberitakannya.
Barulah pada 1930-an bulu tangkis mewabah di berbagai wilayah Indonesia. Iklan-iklan di surat kabar menawarkan raket dan kok (shuttlecock). Surat kabar juga mulai memberitakan pertandingan antara satu kota dan kota lain, antara satu perkumpulan dan perkumpulan lain, atau hasil kejuaraan bulu tangkis dalam suatu "pasar malam" yang kerap digelar masa itu.
Medan dan Pematangsiantar di Sumatra Utara, Palembang di Sumatra Selatan, serta Jakarta boleh jadi adalah kota-kota yang pertama memainkan bulu tangkis. Hubungan perdagangan yang rapat dengan Penang (bagi Medan dan Pematangsiantar) dan Singapura (bagi Palembang dan Jakarta) memungkinkan terjadinya kontak orang per orang dan pertukaran hobi atau permainan, termasuk bulu tangkis.
Laga internasional yang pertama kali dirasakan oleh Orang Indonesia, terjadi pada tahun 1928. Pada saat itu, Seorang jawara bulu tangkis dari Penang yang bernama Yap Eng Hoo datang ke Medan. Di sana ia menjajal permainan bulu tangkis dengan anggota sebuah klub badminton. la kemudian melanjutkan lawatannya ke Batavia (kini, Jakarta) dan ternyata sudah ada beberapa klub badminton, bahkan memiliki turnamen antar klub setiap tahun.
Para pedaganglah yang tampaknya memulai permainan bulu tangkis di Indonesia. Mereka pula yang menyebarkannya lewat peristiwa olahraga dan perdagangan alat-alat badminton.
Di Majenang, Jawa Tengah, misalnya, pedagang asal Tasikmalaya, Jawa Barat, biasa bermain bulu tangkis pada malam hari. Sedangkan pada pagi harinya mereka berjualan pada hari pasaran "kota" itu. Kebiasaan ini kemudian menular atau menyebar ke warga kota itu.
Ada sebuah cerita menarik dari Makassar. Andi Matalatta, tokoh masyarakat dan olahraga kota itu, mengatakan sudah bermain bulu tangkis pada 1934 saat masih jadi pelajar. Bulu tangkis diperkenalkan oleh seorang pelajar Makassar yang baru menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan di Sawahlunto, Sumatera Barat. Pengajar di sana mengatakan mereka mengenal bulu tangkis di Mesir dan membawanya pulang. Sampai beberapa waktu, pemain-pemain Makassar membeli peralatan bulu tangkis dari Sawah Lunto. Orang Sawah Lunto sendiri mengimpornya dari India.
Ada pula pendapat yang menekankan peran Inggris dalam membawa bulu tangkis ke Indonesia melalui Bengkulu. Asumsinya didasarkan pada kenyataan sejarah bahwa di Bengkulu pernah jadi jajahan Inggris dan Badminton sudah dikenal sejak 1930-an. Padahal Bengkulu termasuk daerah terisolasi dibandingkan Medan yang punya kedekatan dengan Malaya, Batavia (kini, Jakarta) yang jadi ibu kota negara, dan Surabaya yang kota niaga. Jadi, tentulah orang Inggris yang membawanya ke Bengkulu dari Malaya yang masih jadi daerah jajahan Inggris juga.
Versi lain layak juga dipertimbangkan. Pesatnya perkembangan bulu tangkis di Indonesia masa itu tak lepas dari postur tubuh orang Asia (dan Indonesia) yang sesuai untuk memainkan olahraga ini. Dan dari sisi politik, bulu tangkis bukanlah jenis olahraga yang diminati atau dimainkan oleh penjajah Belanda.
Karena itu, ketika orang-orang Malaya bertanding, bulu tangkis pun cepat mendapat tempat di hati masyarakat. Apalagi rata rata pemainnya adalah orang Melayu atau keturunan Tionghoa yang sama dengan orang Indonesia.
Namun apapun latar belakang sejarahnya, sulit dipungkiri bahwa bulu tangkis kemudian menjadi olahraga rakyat dan negara. Mayoritas warga Indonesia; anak-anak dan remaja, tua dan muda, di berbagai wilayah memainkan bulu tangkis. Sekadar olahraga atau permainan sehari-hari ataupun dalam turnamen resmi.
Post a Comment