Proses Islamisasi Nusantara - Islam Datang dari Tiongkok
Pemahaman sejarah yang kita terima hingga saat ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang dari Gujarat, sebuah negeri di India. Dari tangan mereka Islam di Nusantara berkembang pesat terutama di Jawa dan Sumatera, mulai dari kalangan bangsawan hingga rakyat jelata, dari rakyat pesisir hingga pedalaman.
Namun belakangan pemahaman ini mulai mendapatkan bantahan dari beberapa peneliti dan sejarawan di Tanah Air. Bantahan ini salah satunya berupa perbedaannya yang mencolok antara praktik Islam Nusantara (Jawa) dan Islam di Gujarat. Bahwa Islam masuk ke Nusantara sesungguhnya melalui orang-orang Tiongkok pada abad ke-15 dan 16, yang dipimpin oleh seorang muslim dari Suku Hui yang kemudian dikenal sebagai Laksamana Cheng Ho.
Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk tetap tinggal di Jawa dan menikah dengan perempuan-perempuan Jawa. Mereka pun mewaris kan tradisi-tradisi campuran Cina Islam dan Jawa, yang pada masa itu masih kental dengan pengaruh dari agama Hindu dan Budha
Islam in China Mengenal Islam di Negeri Leluhur
Selanjutnya, penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Walisongo, yang beberapa di antara mereka merupakan keturunan Cina. Sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Munculnya Kerajaan Kerajaan Islam Nusantara, bahkan menyebut semua Walisongo berasal dari Cina.
Slamet Muljana menjelaskan nama-nama asli Walisongo yang berbau Cina dan sangat jauh dari kesan berbau Arab. Slamet menyimpulkan bahwa Sunan Ampel bernama asli Bong Swi Hoo. Ia kemudian menikah dengan Nyi Gede Manila yang merupakan anak Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban sejak tahun 1423). Dari perkawinan ini lahir Sunan Bonang. Bonang diasuh Sunan Ampel bersama Giri, yang belakangan dikenal sebagai Sunan Giri. Bahkan nama Sunan Kalijaga, yang menurut sejarah mainstream disebut sebagai satu-satunya Walisongo asli Indonesia, diyakini sebagai Gan Si Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah Toh A Bo. putra Sultan Trenggana, yang memerintah Demak tahun 15211546. Sementara itu, Sunan Kudus adalah Ja Tik Su.
Faktor lainnya dalam eratnya hubungan Islam Nusantara dengan Islam Cina adalah masalah mazhab yang dianut oleh Walisongo. Berbeda dengan mayoritas sejarawan yang menulis bahwa mazhab Syafi'i adalah mazhab mayoritas Walisongo, Slamet Muljana menyebut mazhab Hanafi sebagai mazhab yang dianut oleh mayoritas Walisongo. Kesimpulan yang selaras dengan kesimpulannya mengenai Walisongo. Sebab, mazhab Hanafi adalah mazhab mayoritas di Cina hingga saat ini.
Gus Dur dalam setiap kesempatan selalu menyatakan bahwa dirinya memiliki darah Tionghoa dari jalur Tan Kim Han. Ia adalah keturunan Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri berdasarkan penelitian diidentifikasikan sebagai Syaikh Abdul Qodir Al-Shini yang makamnya ditemukan di Trowulan.
Post a Comment