Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Teori proses masuk dan berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia


Sahabat Story, pada tahun 2006 silam Yogyakarta diguncang gempa bumi dasyat. Saat itu ada sebuah bangunan peninggalan Jaman Hindu-Buddha yang terdampak. Kira-kira bangunan apa itu?. Yup,  benar sekali, Candi Prambanan. Mengenai corak candi Prambanan kok bisa ya bangunan Hindu ada di Indonesia? Daripada bingung, yuk kita ulas bersama-sama proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Buddha di Indonesia.
Jadi begini sahabat Story, Perkembangan Agama Hindu di mulai dari Asia Selatan. Agama ini dikembangkan oleh Bangsa Hindu yaitu campuran antara Bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah dan Bangsa Dravida. Sedangkan agama Buddha berasal dari India Utara. Agama ini dibawa oleh Siddharta, putra Raja Suddodhana dari kerajaan Kapilawastu.
Sebenarnya siapa sich yang membawa agama dan budaya Hindu Buddha ke Indonesia, sahabat Story?. Tentunya pertanyaan ini menjadi pertanyaan menarik sebab masih dalam perdebatan panjang.

Teori pertama yang ingin mencoba menjawab pertanyaan sahabat Story adalah Teori Ksatria. Diantara tokoh yang menganjurkan teori ini adalah K.A. Nilakanthasastri, R.C Mayundar, B.Ch. Chabra, dan B.R. Chaterji yang menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dari India dilakukan oleh Ksatria yang keluar dari negerinya untuk menahlukan daerah lain di Asia Tenggara. Hadirnya mereka di Indonesia kemudian diteruskan dengan membentuk koloni-koloni bangsa India di Nusantara yang diikuti dengan penyebaran budaya India. Teori ini oleh F.D.K. Bosch disebut teori Kolonisasi
Hampir sama dengan teori Ksatria C.C. Berg juga mengemukakan teori yang dikenal sebagai ‘Teori Avonturir’. Menurut Berg, difusi itu terjadi karena datangnya ‘ksatria-ksatria penyamun’ dari India ke Indonesia untuk melakukan serangan-serangan dan penaklukan dan kemudian kembali ke India. Meskipun kedatangan mereka secara insidental dan hanya  tinggal dalam kurun waktu tertentu, hal itu telah meninggalkan warisan budaya kepada penduduk Nusantara berupa kebudayaan mereka.
Berbeda lagi dengan J.L. Moens yang mengemukakan teori ‘orang buangan’ yaitu menyingkirnya para ksatria India dan pengikutnya ke kepulauan Indonesia karena terdesak dan dikalahkan oleh ksatria lain di India. Para ksatria India yang dikalahkan dalam peperangan antar negara, menghindari kejaran dan kematian bersama pengikutnya keluar dari anak benua Jambudwipa (India).
 Teori kedua yang menjawab pertanyaan sahabat Story adalah Teori Waisya (Pedagang). N. J. Krom dan Coedes menolak teori yang memberikan  peranan kaum ksatria India dalam difusi kebudayaan ini. Krom tidak memandang rendah orang Nusantara dalam teori ksatria.  Menurut Krom, peran penting sebagai pembawa kebudayaan itu berada di tangan kaum waisya, tepatnya kaum pedagang, terutama para pedagang India. Kehadiran mereka di pelbagai tempat di Nusantara bukan hanya melakukan aktivitas ekonomi melainkan juga berjasa dalam penyebaran agama dan kebudayaan India ke kepulauan Nusantara. Saling temu melalui perkawinan antara pedagang India dengan penduduk Nusantara mengakibatkan terjadinya difusi kebudayaan. Oleh karena penekanan pada peran kaum pedagang dalam difusi kebudayaan India ke Indonesia, F.D.K. Bosch menamakan pendapat Krom ini sebagai hipotesis Waisya.

Teori ketiga yang berusaha menjawab penasaran sahabat Story adalah teori Empu (Brahmana). Van Leur sangat keberatan dengan adanya teori tentang adanya kolonisasi di kepulauan Nusantara. Menurut van Leur, tidak ada satu pun catatan penakhlukan Nusantara dalam sumber  tertulis di India. Di Indonesia juga tidak terdapat tanda peringatan apapun tentang penaklukan dan kolonisasi para ksatria India. Di samping itu menurut van Leur, kolonisasi harusnya juga disertai dengan pemindahan segala unsur budaya, bukan sekedar hadirnya sekelompok orang India yang tinggal di perkampungan ‘kampung Keling’di beberapa tempat di Indonesia. .
            Menurut van Leur, pembawa budaya India itu ialah kaum brahmana yang kehadirannya di Indonesia diundang oleh para penguasa Indonesia. Dasar pemikirannya ialah bahwa unsur -unsur budaya India yang terdapat dalam budaya Indonesia adalah unsur  budaya milik golongan brahmana.  Melalui kontak dagang, baik melalui kehadiran pedagang India di Indonesia maupun pedagang Nusantara yang sampai di India, mendorong mereka memiliki budaya tersebut  sekaligus meningkatkan budaya negerinya. Keinginan tersebut yang akhirnya mendorong pemimpin Nusantara mengundang para brahmana India ke Indonesia untuk mengajarkan budaya India di Indonesia.
Sependapat dengan van Leur, Bosch berpendapat betapa pentingnya peranan sekelompok kecil para ‘empu’, para sarjana agama atau wakil-wakil agama dalam difusi kebudayaan tersebut.  Mereka adalah figur -figur yang memiliki pengaruh kuat, penuh semangat, keras hati, bahkan senantiasa bersedia untuk menjalankan tugas dengan baik. Bosch mengusulkan agar proses yang terjadi lewat para empu ini disebut fecundation (penyuburan) budaya India atas budaya Indonesia.
Dilain sisi P. J. Zoetmulder  melihat unsur  kebudayaan India yang ada di Indonesia seperti ritus-ritus keagamaan di kraton, sistem pemerintahan, organisasi sosial, kesusastraaan, dan berbagai cabang seni lainnya, sangat dipengaruhi unsur agama. Dengan demikian, satu-satunya kelompok orang yang patut dipercaya sebagai pembawa dan penyebar  budaya India di Indonesia adalah kaum agama, yaitu para brahmana dan para bhiksu.
Mereka datang menumpang kapal-kapal dagang yang melayari route perdagangan India-Cina lewat Nusantara. Bosch berpendapat bahwa kedatangan para bhiksu India di berbagai tempat di Indonesia pada gilirannya akan mendorong adanya counter-corrent (arus balik) berupa kunjungan para bhiksu Indonesia ke berbagai pusat kebudayaan India untuk memperluas pengetahuan mengenai kesusastraan suci dan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama.

Nah sahabat Story, udah gag bingung lagi kan bagaiman proses masuknya agama dan budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Ternyata masing-masing teori mewakili motif masing-masing kenapa Agama dan Kebudayaan Hindu-Buddha sampai ke negara ini dan dianut oleh sebagian saudara kita .

No comments

Powered by Blogger.