Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Sosok dan Kepribadian Mohammad Hatta


Hatta adalah orang yang sederhana dan rendah hati. Ia terkesan pendiam dan kaku, mungkin lebih tepatnya adalah ia hemat bicara.. Ia selalu memilih kata kata yang singkat tetapi padat isinya jika berbicara. Hatta merupakan orang yang berwibawa dan penuh kasih sayang.  Karena kewibawaanya itu, anak-anaknya selalu hormat kepadanya. Hatta juga seorang yang teguh pada pendirian. Keteguhan hati Hatta bisa dicerminkan ketika Hatta berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Hatta bersumpah tidak akan menikah jika Indonesia belum merdeka dan janji itu telah dilaksanakannya. Ia menikah pada usia 43 tahun, tepatnya pada tanggal 18 November 1945. Oleh Soekarno, Hatta dijodohkan dengan Rahmi Rachim seorang gadis berusia 19 tahun, anak teman baik Soekarno yang bernama Abdul Rachim.

Hatta dikenang sebagai orang yang berdisiplin terutama soal waktu. Kedisiplinannya bisa dilihat ketika ia  makan siang dan makan malam tepat pada waktunya. Selain disiplin dirumah, Hatta juga disiplin ketika ia menjabat sebagai wakil presiden. Hatta selalu datang  ke Istana Merdeka untuk mengerjakan urusan pemerintahan sebelum bel berbunyi atau sebelum jam 8 pagi.
Hatta merupakan sosok yang suka menabung dan berdandan rapi. Dari sisiran rambutnya, pemakaian kopiah, cara berpakaian sampai bersepatu ia tampil rapi. Ciri rapi juga tampak dalam cara berfikir Hatta yang sistematis. Tulisan Hatta padat dan langsung mengenai sasaran. Begitupula ketika ia berpidato, tidak ada bunga bunga kata dalam pidatonya, langsung mengutarakan pendapatnya tanpa tedeng aling-aling dan rasional.
Dibalik tulisan dan pidato Hatta yang rapi, ia juga suka membaca. Hampir semua depositonya dibelanjakan untuk memberli buku. Bacaannya bukan hanya berbahasa Indonesia  saja tetapi dari berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, dan Perancis. Kecintaan Hatta terhadap buku juga dikisahkan ketika ia dipenjara dimanapun, buku senantiasa menemaninya. Ketika Hatta dipenjara di Boven Digul selama sebelas bulan, dan akan dipindah ke Banda Neira pada bulan Desember 1935, Hatta meminta kepada pemirintah agar pemindahannya ditunda selama tiga Minggu dahulu untuk mengatur dan mengepak buku-bukunya.
Selain membaca buku, Hatta juga suka berkirim surat. Dalam suratnya Hatta sering membahas  tentang buku.  Misalnya ia menulis surat kepada Dr. Ide Anak Agung Gde Agung, S. H, pada 17 Desember 1963. Ia berpesan “ Saudara Agung, karena beberapa hari lagi Zus Vera (istri Agung) akan pergi ke Madiun untuk mengunjungi Saudara, dapat saya kirimkan padanya 2 buah buku kepada bacaan Saudara, yaitu: (1) Milovan Jilas, Gesprace mit Stalin, (2) buku kecil saya yang baru terbit hari ini, tentang persoalan ekonomi sosialis Indonesia. Mudah-mudahan buat sementara waktu cukup untuk bacaan Saudara beserta kawan-kawan”. Hatta juga suka menulis buku,  diantara tulisanya ialah Patriot of Patriot, Sekitar Proklamasi, dan buku filsafat Alam Pikiran Yunani. Dari suka membaca Hatta terkenal sebagai seseorang yang mencintai ilmu dan buku. Ia juga seorang yang serius. Ketika ia akan ujian doktoral di Rotterdam 1932, ia mepelajari buku karangan G. Jellinek, Allgemeine Staatslehre  yang setebal bantal secara sungguh sungguh selama empat bulan dan akhirnya pada Juni 1932 akhirnya Hatta maju ujian doktoral.
Hatta rupanya juga seorang yang religius. Ia dilahirkan dari perpaduan antara saudagar dan pemuka agama terkemuka waktu itu. Perjalanan agamanya dimulai waktu masih anak-anak. Ia diajari ilmu agama oleh Syaikh Mohammad Djamil Djambek yang pernah belajar ilmu falak di Mekkah. Hatta waktu itu belajar mengaji di Surau milik Djambek ditengah sawah dekat rumah Hatta. Hatta juga sering mengikuti ceramah oleh tokoh politik lokal seperti Sutan Ali Said. Ia juga rutin mengikuti pengajian tokoh politik dari Jakarta yang bertandang ke Minangkabau, seperti Abdoel Moeis dari Sarekat Islam.
Hubungan Hatta dan Soekarno setelah Gestapu tahun 1965 memburuk. Saat itu Soekarno mengambil gedung perpustakaan milik Yayasan Hatta ( Hatta Foudation) di Yogyakarta yang baru sepertiganya selesai dibangun, gedung perpustakaan tersebut dialihfungsikan menjadi rumah penginapan AURI.  Walaupun Hatta merupakan pengkritik paling tajam Soekarno, ia juga sahabat hingga akhir hayat Soekarno, misalnya dalam soal pernikahan Soekarno dengan Hartini Hatta tidak dapat menerima sikap sahabatnya yang menduakan Fatmawati. Fatmawati sangat dihormati oleh Hatta bukan hanya sebagai istri Soekarno melainkan juga sebagai ibu negara. Begitu marahnya Hatta dengan Hartini, sampai-sampai Hatta menolak menemui istri kedua Soekarno itu. Jika Hatta ada suatu acara dan Hartini hadir, Hatta buru-buru menghindar. Hal tersebut berlarut hingga bertahun-tahun sampai kematian Soekarno, baru hubungan Hatta dengan Hartini yang sempat beku mencair.
 Hatta telah memberikan warisan kenegarawanan sejati untuk ditiru. Hatta merupaka seorang pejuang yang tidak memburu kekuasaan. Baginya daripada menyelewengkan cita-cita kemerdekaan, lebih baik ia meninggalkan jabatanya. Ia hingga kini diyakini sebagai pejabat paling bersih, paling jujur, dan uncorruptable. Cinta Tanah Air demi menjaga jiwa kenegarawannya, Hatta tidak mau sedikitpun, sehalus apapun menodai dengan korupsi, kolusi dan nepotisme karena ia setia kepada hati nuraninya. Hatta sangat mendambakan bangsa ini maju, dengan jalan setiap pejabat negara mengikuti prinsip hidupnya yang menyatu antara kata- tulisan- ucapan dan perbuatan. Politik dalam pandangannya adalah untuk kesejahteraan rakyat, bukan memanfaatkan rakyat untuk politik pribadinya. Pejabat harus bersih, jujur, dan bermartabat serta membangun ekonomi rakyat melalui koperasi. Hatta selalu berjuang tanpa melalui kekerasan. Ia sangat berhati- hati dalam mencari strategi, senjata ampuh yang digunakan Hatta adalah otak dan pena. Ia sangat anti dengan kekerasan karena prinsip Hatta adalah menghoramati manusia, baik kawan maupun lawan.

No comments

Powered by Blogger.