Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Runtuhnya Komunisme Soviet dan Lahirnya Federasi Rusia

A.    Soviet di Balik Konflik-Konflik Dunia
Setelah Perang Dunia II (PD II), Uni Sovet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti dengan menjalin hubungan kerjasama diplomasi bersama 52 negara. Peranan Penting Uni Soviet pasca PD II adalah partisipasinya dalam membentuk PBB tahun 1945 bersama negara-negara besar anti fasis lainya (Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Perancis). Namun hubungan baik dengan negara-negara anti fasis tersebut tidak bertahan lama. Pada tahun 1946, Stanlin menuduh Inggris dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan kebijakan internasional yang agresif. Winston Curchill sebagai PM Inggris menjawab tuduhan tersebut dengan menyatakan negaranya menentang kekuatan “Komunis Timur”. Pada gilirannya pernyataan itu membelah sistem perpolitikan internasional dalam dua blok besar yakni Blok Barat yang dikomandoi Amerika dan Inggris dan Blok Timur oleh Uni Soviet. Menghadapi Komunis, kebijakan utama Amerika adalah memperbanyak basis-basis militernya dan mengurangi perdagangan dengan Uni Soviet, sementara Uni Soviet menyelenggarakan kebijakan mengisolasi diri “Tirai Besi” (Fahrurodji, 2005: 163-164).
Konfrontasi antar dua sistem kekuatan ini dikenal sebagau istilah Perang Dingin (1946-1980) yang ditandai dengan perlombaan senjata, perimbangan kekuatan dan ancaman perang nuklir. Tahun 1949, wilayah bekas Nazi Jerman dipecah menjadi 3 bagian, yaitu Jerman Barat, Jerman Timur dan Berlin. Amerika dan Sekutunya di Barat membentuk aliansi yang disebut NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), sedang Soviet membentuk SEV atau Dewan Kerajasama Ekonomi Negara-Negara Sosialis. Meningkatnya suhu politik internasional dan ancaman terhadap negara sosialis, membuat pemimpin Soviet menekankan peningkatan teknologi persenjataan. Untuk menyeimbangkan kekuatan Soviet dengan Barat, teknologi nuklirpun dikembangkan di negeri itu (Fahrurodji, 2005: 164).
Tahun 1955, Soviet juga membentuk Organisasi Perjanjian Warshawa (OWD) yang dikenal dengan Pakta Warsawa untuk mengimbangi kekuatan NATO. Pemeritah Kruschev mencanangkan perjanjian damai dengan NATO, yang memungkinkan perbaikan hubungan dengan negara-negara Eropa Barat. Namun hal itu tidak berlangsung lama, beberapa konflik tak langsung melibatkan Uni Soviet dan NATO terjadi negara-negara di belahan dunia (Fahrurodji, 2005: 164). Perang tak langsung pun terjadi antara Blok Timur dengan Blok Barat. Tahun 1956, Mesir berusaha menasionalisasi Suez. Upaya menasionalisasi Suez tersebut ternyata ada campur tangan Soviet yang menyebabkan kemarahan Inggris dan Perancis. Penempatan rudal-rudal Soviet di Kuba menyebabkan krisis Karibia (1962). Alasan Soviet menempatkan rudal di Kuba tidak lain karena mengantisipasi serangan Amerika Serikat ke negara Sosialis itu. Tetapi alasan sesungguhnya adalah agresivitas Amerikas Serikat yang menempatkan roket-roket taktisnya di teritori Turki. Beberapa perang Saudara seperti Korea, Vietnam dan Afganistan melibatkan kedua kubu yang berseteru. Selama Perang Dingin setidaknya Uni Soviet mengirim setidaknya 19 kali bantuan militer ke negara-negara yang dilanda konflik seperti Korea Utara, Hungaria, Aljazair, Kuba, Mesir, Vietnam, Ethiopia, dan Afganistan. Selama periode tersebut sedikitnya 16 ribu tentara soviet tidak kembali (gugur dan hilang) dalam bertugas di laur teritori Rusia (Fahrurodji, 2005: 168).
B.     Runtuhnya Uni Soviet
Setelah Nikita Khurschev mundur pada Oktober 1964, Partai Komunis Soviet dipegang oleh Lionid Brezhnev dan kepala pemerintahannya Kosygin. Kosygin segera menggelar revolusi ekonomi yang menitik beratkan pada ekonomi pedesaan dan perindustrian untuk memacu pertumbuhan ekonomi Soviet. Reformasi tersebut ternyata tidak berhasil karena masyarakat desa banyak yang pindah ke kota sehingga berdampak pada melemahnya ekonomi pedesaan. Di bidang politik, naiknya Brezhnev berarti menguatnya kubu konservatif partai, berarti membawa Soviet ke masa Stanlin. Brezhnev berusaha mengembalikan hegemoni Soviet terhadap negara-negara yang tergabung dalam kubu Sosialis dengan hubngan politik, militer, dan ekonomi. Langkah-langkah kongkret implementasi tersebut adalah dengan memperbaiki hubungan dengan RRC yang memburuk sejak 1950-an, pengiriman senjata ke Vietnam untuk mendukung Vietkong. Soviet bahkan mengirim tentara dan teknisi militer untuk mendukung kaum militan komunis yang menyebabkan semakin memburuknya hubungan Soviet dan Amerika  (Fahrurodji, 2005: 171).
Rezim komunis kehilangan pamornya akibat krisis ekonomi. Hal itu menyebabkan Soviet tidak bisa memberi bantuan finansial kepada negara-negara pendukung komunis. Kehancuran hegemoni Soviet dimulai saat Rumania menginginkan kemandirian untuk menentukan kebijakan luar negerinya.  Sedangkan di Cheko, pemerintah komunis memutuskan untuk memulai proses demokratisasi secara keseluruhan di negara itu (Fahrurodji, 2005: 171).


C.    Konsep Perestroika
Berasal dari kata kerja “Stroit” yang berarti membangun dan “Pere” yang berarti kembali, secara harafiah perestroika berarti rekonstruksi. Perestroika adalah sebuah reformasi yang ditujukan untuk memperkuat sistem sosialisme untuk memperbaiki masyarakat secara politik, ekonomi dan moral (Fahrurodji, 2005: 176). Di bidang ekonomi pemerintah memperluas independensi perusahaan-perusahaan negara serta memperkuat perkembangan sektor koperasi. Tahun 1987 Soviet mengadakan Reformasi Ekonomi secara Radikal yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kerja, tingkat hidup masyarakat, dan penjaminan keadaan para pekerja selama proses produksi. Sejak tahun 1990, pemerintah bahkan memperbolehkan sistem kepemilikan pribadi. Kebijakan yang diambil Grigory Yavlinsky tentang “Pasar Bebas” tidak membawa hasil, bahkan pada 1 April 1991, tingkat hidup masyarakat mengalami penurunan sebagai dampak dri kenaikan harga-harga karena mulai saat itu harga-harga sudah ditentukan oleh pasar (Fahrurodji, 2005: 179).
Perestroika tidak mungkin terwujud tanpa demokratisasi masyarakat dan perkembangan perikehidupan sosial. Perestroika ditujukan untuk merubah kebiasaan lama yang dimulai sejak tahun 1930-an hingga 70-an yang tidak memberi ruang gerak bagi inisitif pribadi. Dari bidang Politik, Glasnost (Keterbukaan) dan Demokratizatsiya (demokrasi) menjadi pemikiran politik baru (dalam kebijakan internasional) yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin (Fahrurodji, 2005: 181). Kebijakan luar negeri Soviet pada masa Gorbachev tentu membawa angin segar bagi hubungan Soviet dan negara-negara Barat. Pasalnya tahun 1987, Soviet dan Amerika berhasil menandatangani penghapusan rudal jarak menengah dan jauh dan pengurangan serta pembaasan senjata strategi pemusnah masal pada tahun 1991 (Fahrurodji, 2005: 183).
Kebijakan Glasnost dan Perestroika ternyata membawa pengaruh bagi menguatnya gerakan separatisme. Berbagai konflik antar etnis sebelum reformasi berjalan sembunyi-sembunyi, mulai muncul dan menjadi konflik terbuka. Munculnya partai politik “Ruh” di Ukraina, “Sayudis” di Lithuania menjadi gerakan-gerakan kemerdekaan terhadap pemerintah pusat. Rusfikasi juga memicu demonstrasi masal di Kazakhstan.Peristiwa itu terjadi karena pengangkatan G. Kolbin yang berkebangsaan Russia sebagai Sekretaris Partai Komunis Kazakhstan. Tahun 1988 terjadi konflik bersenjata antara Armenia dengan Azerbaijan memperebutkan daerah Nogorno-Karabakh. Konflik Etnis tersebut pada gilirannya membawa Uni Soviet ke dalam situasi yang rawan terjadi perpecahan (Fahrurodji, 2005:185).
Melihat situasi yang krusial itu, Gorbachev segera mengadakan pertemuan dengan 9 negara-negara sosialis yang dilanda krisis. Dalam pertemuan tersebut disepakati adanya perjanjian yang mengikat antara persatuan bangsa-bangsa yang tergabung dalam Uni Soviet. Hasil pertemuan itu rencananya akan ditandatangani pada 20 Agustus 1991. Namun sebelum ditandatangani, Gorbachev dikudeta oleh orang dekatnya sendiri. Tanggal 18 Agustus Gorbachev dikurung diperistirahatannya. Pada 19 Agustus muncul maklumat bahwa Gorbachev diberhentikan dengan alasan kesehatan sebagai gantinya adalah wakilnya Gennady Yanaev. Malam hari 21 Agustus, terjadi bentrokan antara pendukung negara bagian Uni Soviet (RSFSR) melawan tentara pendukung kudeta. Kudeta berhasil digagalkan pada tanggal 22 Agustus. Namun upaya Gorbachev mengatisipasi hancurnya Soviet tidak dapat dilaksanakan karena pemimpn negara bagian Soviet yakni: Boris Yeltsin, Leonid Kravchuk (Ukraina) dan Sushkevich mengumumkan berakhirnya Uni Soviet dan membetuk Persemakmuran negara-negara merdeka. Tanggal 24 Desember, Gorbachev resmi mundur dari jabatan presiden Rusia dan sekaligus mengahiri eksistensi Soviet (Fahrurodji, 2005:186).
D.    Lahirnya Federasi Rusia
Komunisme mempengaruhi kehidupan masyarakat Rusia selama 7 dasawarsa. Secara resmi kemerdekaan Rusia diproklamasikan pada tanggal 12 Juni 1990 dalam sidang Majelis Perwakilan Rakyat Soviet Rusia saat Soviet masih berdiri. Berbagai atribut Soviet dicopot diganti dengan atribut pra Bolshevik. Bendera Palu Arit Soviet kemudian diganti dengan bendera Putih, Biru, Merah dengan simbol Elang Berkepala Dua (Fahrurodji, 2005:191).
Pasca komunisme, Rusia pertama kali mengadakan pemilu pada tahun 1996. Hasil Pemilu menempatkan Partai Komunis Rusia sebagai pemenang 22%, diikuti Partai Liberal Demokrat 11 %, Partai Rusia Rumah Kami 10% dan Partai Yabloko 7%. Kemudian Pemilihan Presiden pada tanggal 3 Juli 1996 memenangkan Boris Yeltsin sebagai Presiden Rusia yang memperoleh suara 40.308.384 (58,92 %) . Diakhir pemerintahannya, Presiden Yeltsin pada 1999 mengundurkan diri. Rusia menyelenggarakan pemilu ketiga pada 26 Maret 2000 yang diikuti 4 kandidat. Pada pemilu tersebut Vladimir Putin menang telak atas musuh musuhnya. Putin berhasil menghipun suara sebanyak 39,7 Juta (52,94 %) (Fahrurodji, 2005:197-198). Setelah melewati periode pemerintahan pertama (2000-2004) Putin memenangkan pemilu  pada 23 Maret 2004 dengan mengantongi suara sebanyak 71,31 %. (Fahrurodji, 2005:2008).

Sumber Pustaka
Fahrurrodji. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi Pengantar Sejarah dan Latar Belakang          Budayanya Edisi : 1. Jakarta: Yayasan  Obor Indonesia.

No comments

Powered by Blogger.