Piagam Jakarta, siapa yang hapus tujuh kata penting?
Sahabat Story, mengerjakan matematika memang membingungkan yah. Apalagi yang dikerjakan pake rumus tingkat dewa, pasti pening tujuh keliling. Tapi ada lho yang lebih pusing lagi daripada rumus itu semua. Yup, benar merumusakan dasar negara baru. Kira-kira sahabat Story tahu tidak dasar negara kita itu apa? Pancasila. Pada kesempatan kali ini Mimin ingin mengajak sahabat Story membahas tentang bagaimana pusingnya The Founding Fathers kita merumuskan dasar negara.
Jadi begini sahabat Story, saat merumuskan dasar negara baru pada tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Volksraad, Penjambon, ada 7 kata yang menjadi perdebatan antara kalangan Kristen dan Islam ketika berlangsungnya sidang PPKI . Tujuh kata tesebut ialah “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dihilangkan di sila pertama pada Pancasila dan UUD 1945 dikarenakan pihak Kristen keberatan terhadap kalimat tersebut.
Jadi begini sahabat Story, saat merumuskan dasar negara baru pada tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Volksraad, Penjambon, ada 7 kata yang menjadi perdebatan antara kalangan Kristen dan Islam ketika berlangsungnya sidang PPKI . Tujuh kata tesebut ialah “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dihilangkan di sila pertama pada Pancasila dan UUD 1945 dikarenakan pihak Kristen keberatan terhadap kalimat tersebut.
Pada waktu itu juga, Hatta
mengajak Teuku Moehammad Hassan yang merupakan pemuka masyarakat Aceh ke dalam
kamar di Hotel Merdeka, Jakarta Pusat, disana sudah ada Soekarno didalam kamar.
Hatta menjelaskan bahwa negara benar benar dalam keadaan bahaya. Golongan
Kristen dan Katholik menuntut agar tujuh kata yang tercantum dalam UUD dan sila
pertama Pancasila tersebut dihapuskan kalau tidak, kita (Indonesia) akan
terpecah dan umat Kristen akan melepaskan diri dari Republik. Hatta lalu
meminta Hassan untuk melobi Bagus Hadikusmo, pemuka Islam dalam PPKI, agar
tidak keberatan tujuh kata itu dihapus. Hatta tidak melakukan itu sendiri
karena Hatta merupakan seorang nasionalis dan tak bakal dipercaya oleh
Hadikusumo, ketua Muhammadiyah. Hassan menyanggupi permintaan Hatta dan
membujuk Hadikusmo untuk menghapuskan kalimat tersebut. Maka ketika pengesahan UUD pada siang harinya, tujuh kata
tersebut telah dicoret dari Piagam Jakarta tanpa protes dari golongan Islam.
Ternyata ada juga yang
menyebutkan bahwa usaha usaha melobi Hadikusumo bukanlah inisiatif Hatta,
melainkan Soekarno. Pada tanggal 1 Agustus 1945, Soekarno memerintah Kasman
Singodimejo melobi Hadikusumo. Soekarno juga pernah mengatakan kepada anggota
PPKI yang didalamnya ada tokoh Muhammadiyah dan Masyumi untuk menghapuskan tujuh kata tersebut, usaha
yang sama juga dilakukan oleh Hassan tetapi gagal. Baru setelah Kasman
berbicara dengan Hadikusumo, sebagai sesama Muhammadiyah, persetujuan penghapusan
tujuh kata itu tercapai.
Nah, sudah tahu kan sahabat Story bagaimana dulu The Founding Fathers kita kebingungan merumuskan Pancasila dan UUD 1945. Kebingungan saat itu ada pada masalah kebhinekaan Indonesia yang harus dipersatukan dalam sebuah wadah sehingga masing-masing kubu yang berseberangan harus legawa menerima kebhinekaan bangsa kita sebagai anugrah Tuhan YME.
Post a Comment