Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Phitecanthropus modjokertensis (Phithecanthropus robustus)


Hai sahabat Story kali ini kita akan membahas tentang Phitecanthropus modjokertensis (Phitecanthropus robustus). Sebenarnya barang apaan sih Phitechanthropus modjokertensis itu? Yuk, kita bahas bersama-sama.
Jadi begini sahabat Story, pada tahun 1936 hingga 1941 von Koenigswald menyelidiki daerah sepanjang lembah Bengawan Solo. Ditahun pertama penyelidikannya,  ia berhasil menemukan sebuah fosil tengkorak di daerah Mojokerto tepatnya di desa Perning di kaki pegunungan Kendeng.
Diperkirakan tengkorak itu adalah anakkan pithecanthropus. Kemudian fosil purba yang ditemukan di Mojokerto itu dinamakan Homo modjokertensis.
Bila kita tengok disekitar tulang ubun-ubunnya, makhluk tersebut diduga meninggal sebelum melewati usia 5 tahun (0-1,5 tahun).
Rekahan tulang ubun-ubun Homo modjokertensis
Sahabat Story, penemuan von Koenigswald ternyata menarik perhatian Franz Weidenreich yang hingga tahun 1938 melakukan penelitian mendalam terhadap fosil tersebut. Dari hasil penelusuran sisa kehidupan yang terpendam di sekitar fosil Homo modjokertensis dapat disimpulkan bahwa Homo modjokertensis ini hidup di jaman pleistocen bawah, sehingga ia dimasukan ke dalam kelompok jenis Pithecanthropus robustus.
Alur migrasi Phitecanthropus ke Nusantara
Sahabat Story pasti belum tahu ciri Pithecanthropus robustus ya? Ternyata makhluk ini memiliki perawakan yang lebih besar dan kuat dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus Trinil. Barangkali makhluk inilah yang pertama kali datang ke Jawa 1,66 juta tahun yang lalu setelah bermigrasi dari Afrika.  
Perubahan tubuh Homo modjokertensis
Jika benar begitu maka dapat dikatakan bahwa Homo modjokertensis adalah nenek moyang dari Pithecanthropus erectus temuan Dubois di Trinil. Tubuh Homo modjokertensis yang lebih besar dibandingkan makhluk serupa di Trinil terbentuk ketika mereka melakukan long march dari Afrika. Diperjalanan itu mereka mendapati lingkungan yang berbeda-beda (hutan, pantai, padang pasir dan pegunungan). Sejak saat itulah terjadi perubahan bentuk anggota tubuh menyesuaikan dengan lingkungannya. Begitupula dengan sikapnya berjalan yang tegap menyerupai manusia, diperoleh ketika mereka meninggalkan hutan tropis (bergelantungan) menuju ke padang rumput yang memaksa mereka berjalan menggunakan kakinya.

Nah, sahabat Story sudah mengerti kan makhluk yang kita bahas tadi. Jadi Homo modjokertensis adalah nenek moyang Homo erectus (Phitecanthropus erectus Trinil). Diperkirakan mahkluk ini sudah menghuni Nusantara sejak 1,66 juta tahun yang lalu. Kalau dipikir-pikir ya sahabat Story, negeri kita ini memang “wowyah dengan banyak ditemukannya bukti rantai evolusi manusia yang selama ini dicari bangsa Barat. Beri tepuk tangan lagi dong buat Indonesia...!.

No comments

Powered by Blogger.