Mohammad Hatta dan Pemikirannya tentang Pembangunan Indonesia
Mohammad Hatta dan Rahmi Rachim |
Bangsa kita telah melahirkan banyak tokoh besar
yang masing-masing dari mereka memiliki perbedaan karakter, wawasan maupun
gaya kepemimpinan. Salah satu tokoh besar bangsa ini ialah Muhammad Hatta.
Hatta lahir dan dibesarkan di dalam masyarakat kolonial yang mengalami
modernisasi diberbagai bidang, salah satunya adalah dibidang pendidikan.
Berkembangnya paham liberal dan sosialis di negeri Belanda berdampak pada
masuknya teknologi yang dibarengi dengan pembukaan-pembukaan sekolah di Hindia
Belanda. Pendidikan formal yang dibawa bangsa barat akhirnya mampu menjangkau
lapisan sosial di luar golongan aristokrat. Berkembangnya pendidikan di Hindia
Belanda membawa dampak positif pada kemajuan itelektual rakyat Indonesia. Dari
situ, kelas sosial baru yang dikenal sebagai kaum inteligensia lahir. Hatta
terkatagori menjadi kelas sosial baru ini. Wawasan dan pengetahuan Hatta yang luas
menjadikannya sebagai sosok yang kritis terhad
ap situasi sosial kolonial yang terdiskriminasi serta tereksploitasi pada saat itu, sehingga Hatta mampu melihat peluang bagi kemajuan bangsanya ke masa depan.
ap situasi sosial kolonial yang terdiskriminasi serta tereksploitasi pada saat itu, sehingga Hatta mampu melihat peluang bagi kemajuan bangsanya ke masa depan.
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa Hatta selama hidupnya telah mencurahkan segenap
dayanya untuk memajukan rakyat, baik di bidang politik maupun ekonomi. Bersama
dengan tokoh bangsa lainnya, pemikiran Hatta masih tetap relevan di masa kini
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Disini kita menjumpai suatu
paradok, yaitu meskipun seorang tokoh digembleng oleh zamannya, namun ada
potensi intelektualnya mentransendensi kondisi hidup merka, terutama
ideloginya. karena itu, tokoh besar bisa dikatakan hidup jauh di masa depan
meskipun jauh dari generasi sejamannya.
Sejarah telah menjadi saksi bahwa Hatta adalah bapak bangsa. Hal itu dapat
ditelusuri dari keterlibatannya dalam serangkaian tahap pembentukan Indonesia.
Sebelum perang dunia kedua meletus, ia pernah mendirikan partai politik yang
namanya terlihat aneh, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia. Alasan
didirikannya partai tersebut sangat kuat, yaitu karena Hatta tidak ingin rakyat
Indonesia hanya menjadi ekor bangsa Belanda, tetapi ia menginginkan rakyat
Indonesia sadar berpolitik untuk membela kepentingan bangsanya. Kesadaran
politik kebangsaan tersebut tentunya harus disebar luaskan kepada masyarakat
karena secara kultural bangsa Indonesia sangat majemuk. Tanpa adanya kesadaran
berkebangsaan, bangsa Indonesia akan menghadapi resiko disintegrasi baik secara
perlahan maupun dadakan.
Setelah kemerdekaan tercapai, Hatta mempelopori terbentuknya gerakan koperasi.
Koperasi yang ia maksud adalah wadah kerja sama pada bidang ekonomi kerakyatan.
Koperasi mempunyai ciri khas yaitu semangat kebersamaan antara anggotanya.
Sistem kekeluargaan sangat sesuai dengan keadaan ekonomi rakyat kecil di
Indonesia. Potensi kekuatan ekonomi kecil apabila dipersatukan akan menjadi
kekuatan besar sebagai penggerak lokomotif pembangunan bangsa. Untuk menjadikan
koperasi sebagai lokomotif pembangunan pastinya harus ditopang oleh sistem
politik yang menolak liberalisme.
"Rakyat kita masih tetap
miskin bahkan lebih mskin daripada sebelumnya, di tengah-tengah kekayaan alam
yang melimpah ruah. Paling baik kita merenungkan keadaan rakyat kita sekarang,
yang sungguh-sungguh berhak untuk mendapatkan nasib yang lebih baik, nasib yang
sesuai dengan tujuan kita semula"
(Hatta, "Fifty
Years of The National Movement". 19 Mei 1958, Pikiran Rakyat.)
Sumber : Anonim. 1995. Pemikiran
Pembangunan Bung Hatta. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Sumber Foto:
http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/17?q_searchfield=Hatta
Post a Comment