Sabda Pandhita Ratu
Sabda pandhita ratu tan kena
wola wali adalah konsep seorang raja yang berpegang teguh pada perkataanya
sebagai undang undang negara. Raja tidak boleh sembarangan bersabda dan tidak
boleh berubah ubah .
Dalam adegan pewayangan,
seorang dalang pasti mengawali pertunjukannya dengan menceritakan atau
melukiskan keindahan, kemakmuran, dan kewibawaan suatu negara. Untuk
menggambarkannya Dalang pasti melukiskannya dengan kalimat “ingkang panjang
panjung pasir wukir gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja” .
Tidak ada
dalang yang menceritakan keburukan atau kecacatan suatu negara, dalang
pasti pendahuluannya menceritakan suatu negara yang terbentang luas
lautan dan pegunungan, ramai pelabuhan dan perdagangannya, murah sandang pangan
dan subur makmur tertib tentram damai jauh dari kejahatan. Maka imajinasi
orang jawa dari sifat sudut pandang pewayangan terhadap lembaga negara akan
selalu indah, makmur dan serba membahagiakan.
Sedangkan penggambaran
tentang keagungan, kewibawaan dan kebijaksanaan raja diceritakan oleh
dalang sebagai “ narendra ingkang kinasih dewa, kinawula ing widadari,
cinedak ing brahmana, lan kinacek sesamaning narendra. Narendra guna ing aguna
tan ngendhak gunaning janma, paring obor kang kepetengen”.
Rajayang menguasai
pengetahuan luas namun tidak merendahkan pengetahuan orang lain, memberi payung
siapa saja yang kehujanan, memberi tongkat kepada orang yang berjalan di tanah
yang licin dan memberi pelita kepada orang yang kegelapan.
Disitu dilukiskan bahwa
seorang raja/ pemimpin negara digambarkan sebagai orang yang adil dan
berwibawa, murah hati kepada rakyat dan ulama sehingga para raja/
pemimpin negara dicintai oleh rakyatnya. Maka dari itu penggambaran orang jawa
dari sudut pewayangan jelas digambarkan bahwa : pemegang kepemimpinan sifatnya adalah mengayomi.
sumber: Dr. Purwadi, M. Hum
dkk- ensiklopedi kebudayaan jawa(432)
Post a Comment