Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

King Arthur antara Mitos dan Fakta

Di jantung pedesaan yang tenang di barat daya Inggris, di kaki bukit kapur kuning nan tinggi terdapatlah desa South Cadbury. Orang-orang tua yang telah menghabiskan seluruh hidupnya di desa tersebut memiliki kisah-kisah aneh untuk diceritakan. 
Mereka percaya, jika bukit yang menjulang tinggi di atas desa mereka, terdapat sebuah gua yang dijadikan sebagai gerbang menuju ke dalam istana King Arthur. Cerita itu diperkuat dengan suara suara mistis yang berlangsung selama malam musim dingin, dimana penduduk desa sering mendengar raja menunggang kuda melewati jalan desa mereka.

"Pada malam bulan purnama, Raja Arthur dan prajurit-prajuritnya mengendarai kuda mengintari bukit. Mereka berhenti untuk memberi minum kuda mereka di Sumur"

Cerita tersebut telah turun temurun selama beberapa generasi di South Cadbury, sebuah tempat yang telah lama diidentifikasi sebagai rumah Arthur.

Tentu itu hanyalah mitos tentang King Arthur yang telah menjadi bagian dari imajinasi  karangan cerita di abad pertengahan, ketika para pengacau dan penulis sejarah membuatnya menjadi pahlawan romantis, seorang penguasa bangsawan sebagai tolok ukur model ksatria.

Kisah-kisah Arthurian ini telah mengambil tempat selama berabad-abad. Penyair dan pelukis telah menciptakan kembali karakter dan petualangan King Arthur berkali-kali. 

Terlepas dari mitos, meskipun catatan sejarah King Arthur kabur, dapat kita duga, Arthur pastilah orang yang luar biasa, sebab ketenaran tidak datang tanpa jasa, dan ketenaran Arthur jarang ditemukan. 

Referensi paling awal yang diketahui tentang Arthur berasal dari abad-abad yang bergejolak tahun 410 M, ketika garnisun Romawi terakhir ditarik dari Inggris. 

Setelah kepergian legiun Romawi dari Inggris, Pulau ini kemudian mengalami invasi konstan oleh bangsa Rami, Angles, dan Saxon dari seberang Laut Utara. Dalam sebuah puisi epik yang ditulis sekitar tahun 603, Bard Welsh Aneurin menggambarkan salah satu yang mirip dengan Arthur dalam pertempuran antara orang Inggris melawan bangsa Penjajah. Meskipun begitu nama Arthur masih samar-samar dan belum dikenal di Inggris saat itu. 

Pada akhir abad keenam dan awal ketujuh, ada empat hingga lima nama Arthur yang tercatat sejarah selama periode ini. Salah satunya adalah pangeran Argyll putra dari raja Skotlandia Aedán mac Gabráin yang hidup sekitar 570 M. Kemudian Arthur lainnya adalah cicit Vortiporius penguasa Wales Barat Daya. 

Sulit untuk menjelaskan sebuah tokoh di mana saat bersamaan popularitas namanya melambung, kecuali jika ada seorang Arthur sejati yang sejarahnya tercatat secara jelas. Meskipun kebenarannya masih simpang siur, namun beberapa pemimpin Inggris menamai putra mereka Arthur untuk menghormatinya. 

Rujukan-rujukan tersebut memang menunjukkan bahwa Arthur yang historis hidup di Inggris sekitar abad keenam. Tetapi namanya secara langsung baru disebutkan 250 tahun kemudian. Nama Arthur pertama kali muncul di Historia Brittonum, yakni sebuah kitab tentang sejarah bangsa Inggris yang ditulis oleh seorang biarawan Welsh bernama Nennius dalam bahasa Latin pada abad kesembilan. Dalam referensi singkat tersebut, Nennius menyebut Arthur sebagai pemenang serangkaian pertempuran abad keenam di Inggris.

Kemudian kisah Arthur lebih banyak ditemukan pada Historia Regum Britanniae karangan seorang sarjana abad ke-12, Geoffrey dari Monmouth. Dalam bukunya, ia memberikan catatan tentang raja-raja yang tinggal di Inggris sebelum kedatangan Kristus.

Historia Regum Britanniae menghadirkan legenda Arthurian dengan cara yang menarik bagi khalayak. Buku ini dibagi menjadi dua belas seri, tiga diantaranya dikhususkan untuk Arthur. Di sini, Arthur muncul sebagai pahlawan hebat menurut tradisi Celtic. Dia memiliki pedang ajaib, perisai yang dilukis dengan rupa seperti Bunda Maria dan helm yang lambangnya "diukir dalam bentuk naga." 

Belakangan para sejarawan tidak mempercayai keaslian kisah King Arthur dan mengatakan bahwa Geoffrey hanya mengarang cerita. Sejarawan Geoffrey lahir pada masa pemerintahan Raja Stephen dari dinasti Norman yang saat itu sedang kehilangan kekuatan dan pengaruhnya di Inggris. Agar memperoleh dukungan dari bangsawan dan rakyat Inggris ia mencampuradukan cerita Charlemagne dalam legenda Arthur. Perlu diketahui bahwa saat itu orang Inggris lebih suka Charlemagne yang telah lama diterima menjadi pahlawan rakyat, yang menurut legenda, tidak mati, tetapi hanya tidur, menunggu untuk kembali dengan kemenangan bersama para paladinnya. Mengaitkan Legenda Arthur dengan Charlemagne akan sangat bermanfaat bagi raja-raja Norman, utamanya dalam upaya mereka untuk melepaskan dominasi Prancis.

Geoffrey dalam penulisan cerita raja-raja Inggris posisinya sangat penting di Eropa, karena dialah yang menciptakan legenda Arthurian yang memicu imajinasi dunia Kristen. Popularitasnya dapat dinilai dari kenyataan bahwa hampir 200 manuskripnya telah bertahan, beberapa berasal dari abad kedua belas. Sepanjang Abad Pertengahan, Sejarah King Arthur tetap menjadi sumber utama bagi semua penulis tentang Celtic Britain.

No comments

Powered by Blogger.