Tentara di Zaman Purba
Istilah penggunaan prajurit militer profesional untuk berperang baru ditemukan dari sebuah peradaban maju di Timur-Tengah sekitar 3000 SM tepatnya di Babilonia. Selama 3.000 tahun ke depan, serangkaian perkembangan teknis menyebabkan kemajuan dalam persenjataan, yang pada gilirannya membentuk pengembangan taktik militer.
Namun jauh hari sebelum senjata api ditemukan, di zaman manusia purba, antar kelompok pemburu terdapat semacam konflik. Hal ini berlanjut ketika mereka telah mampu mengolah pertanian. Kelas prajurit permanen mulai ditugaskan untuk melindungi surplus panen mereka.
Masyarakat pertanian yang paling awal membangun sistem pertahanan (seperti tembok Yerikho) baru dijumpai sekitar 8000 SM. Selain sistem pertahanan, mereka juga mengadaptasi senjata berburu batu untuk digunakan dalam pertempuran, yang mengarah pada penemuan senjata seperti gada.
Penemuan metode pemurnian tembaga sekitar 4500 SM memungkinkan manusia membuat senjata logam pertama. Senjata-senjata logam ini digunakan untuk berperang menahlukan antar negara-kota. Wilayah yang paling penting dalam pembuatan senjata logam ini adalah Anatolia, karena di tempat inilah bahan baku logam bangsa Sumeria ditambang.
Logam berkontribusi banyak melahirkan teknik perang pada saat terjadi perang endemik antara negara-kota Sumeria, seperti Uruk, Ur, dan Kish, selama milenium ke-4 dan ke-3 SM. Tentara Sumeria bertempur dengan berjalan kaki, dipersenjatai dengan tombak panjang dan diatur dalam formasi phalanx. Unit ini didukung oleh kereta perang beroda empat yang ditarik kuda.
Pada tahun 2350 SM, Akkadia berhasil mengalahkan Sumeria. Di bawah seorang pemimpin bernama Sargon, mereka mendirikan kekaisaran pertama di dunia dan menyatukan banyak negara kota di Babilonia.
Dalam taktik militer kuno, Sargon adalah pemimpin militer pertama yang menggunakan pemanah dalam skala besar. Penggunaan panah memberi Akkadia keuntungan vital selama melawan musuh mereka yang kurang fleksibel.
Pada milenium kedua SM, penggunaan perunggu sebagai persenjataan akan mewarnai jalannya peperangan kuno selama seribu tahun. Pengenalan perunggu sebagai senjata dimulai sekitar 2800 SM, paduan tembaga dan timah ini memberikan keunggulan pada senjata yang diciptakan manusia agar penggunaannya lebih tahan lama, lebih tajam daripada senjata yang terbuat dari tembaga saja. Teknik pembuatan perunggu awalnya memang butuh biaya besar, sebab tidak semua bangsa memiliki ahli peleburan perunggu, tetapi sekitar 1800 SM, perunggu telah menggantikan tembaga sebagai logam utama yang digunakan untuk persenjataan.
Kereta kuda dengan dua roda juga muncul pada era ini. Kereta jenis ini menambahkan dimensi baru yang sangat mobile untuk peperangan. Penggunaan secara masif baru terlalsana pada tahun 1300 SM, dimana tentara Mesir yang sebelumnya merupakan pasukan infanteri, ditata ulang secara radikal oleh Hyksos. Mereka diupgrade dengan penggunaan kereta perang, pedang perunggu, dan baju besi.
Pengganti perunggu adalah besi. Sekitar tahun 1000 SM, besi yang lebih kuat dari perunggu, menjadi logam pilihan untuk senjata. Penggunaan besi sebagai senjata diprakarsai oleh bangsa Asyur. Selama masa pemerintahan Tiglath-Pileser III (745-27 SM), Asyur membangun pasukan milter berjumlah lebih dari 100.000 orang. Mereka menggunakan pedang yang lebih panjang yang dibuat dari besi, dan dilindungi oleh tunik logam selutut.
Taktik perang Asiria mengkombinasikan sekelompok besar pasukan infanteri, dengan tembakan pendukung dari para pemanah dan slingers, dan serangan oleh unit-unit tambahan kavaleri berat dan kereta. Dengan rantai komando yang jelas dan kejam terhadap musuh-musuh mereka, pasukan Asyur adalah kekuatan tempur paling tangguh yang belum dihasilkan oleh dunia kuno sebelumnya.
Post a Comment