Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Sejarah Mie dari Orientalis sampai Mie Instan

Hai Sahabat Story... Makan mie instan rasanya sudah jadi kegemaran ya.. Apa lagi bagi anak kos, selain harganya yang murah, tentu mie instan ini gampang bikinnya, pokoknya primadona banget deh bagi yang pengen ngirit duit. By The Way, rasanya aneh ya kalau sering makan mie, tapi gak tau sejarahnya. Biar gak kepo, yuk kita bahas bareng-bareng Sejarah Mie dari Orientalis sampai Mie Instan. 

Kontroversi muasal Mie paling Tua, dari Arab, Itali atau China?
Mengenai asal-usul mie sendiri gais ada perselisihan antara bangsa Arab, Italia dan Tiongkok. Mereka saling mengklaim bahwa bangsanyalah yang paling dahulu menemukan mie.

Sesungguhnya, seni menggiling gandum telah lebih dahulu berkembang di Timur-Tengah seperti Mesir dan Persia. Jadi logikanya, mie mula-mula dibuat disana berupa lembaran-lembaran tipis. Kemudian seiring berkembangnya jalur sutra, teknik membuat mie ini menyebar ke daratan China.

Kemudian di Benua Eropa, mie mulai populer setelah Marco Polo berkunjung ke China dan membawa mie sebagai oleh-oleh pulang ke negaranya Italia. Namun seiring perkembangannya, mie berubah menjadi pasta yang disesuaikan dengan cita rasa lidah orang Italia. Karena bentuknya yang keriting, orang Eropa menyebutnya “nodus” yang artinya kusut. Tapi lambat laun “nodus” ini berganti namanya menjadi “noodle”.

Mie China paling Tua
Tidak semua penyantap mie tau lo bahwa sebenarnya mie paling tua itu asalnya dari China, sekitar 4000 tahun yang lalu. Jadi ceritanya begini gais, ada sekelompok arkeolog China yang sedang mengadakan penelitian di wilayah Lajia di bagian Utara China. Mereka tidak sengaja menemukan mie tertua di dunia di sana. Semula, peneliti ini mau meneliti dampak gempa dan banjir dari Sungai kuning di Lajia jaman kuno. Tapi yang mereka temukan adalah tulang belulang manusia dan puing-puing rumah akibat gempa bumi. Diantara puing-puing tersebut arkeolog menemukan guci terbalik yang berisi mie halus berwarna kekuning-kuningan sepanjang 50 sentimeter. 

Kondisi Mie ini masih segar karena selama ribuan tahun terkunci dalam guci yang vakum membuat mie tidak berubah bentuk. Setelah diteliti dengan radiokarbon, mie tersebut sudah berusia 4000 tahun. Angka tahun itu sejaman dengan peristiwa musibah di Lajia. Analisis lebih lanjut, bahan utama mie tersebut terbuat dari tepung biji-bijian, bukan tepung gandum sebagaimana yang sering kita makan saat ini.

Bagi masyarakat China, mie bukan sekedar makanan lezat, tetapi juga memiliki arti simbolis. Bentuknya yang panjang dan tidak terputus-putus diibaratkan kehidupan yang awet. Karena alasan itulah, hidangan mie selalu disajikan pada waktu perayaan ulang tahun. Maksud disajikan hidangan mie agar yang sedang berulang tahun diberi umur panjang.

Dari sejarahnya, mie China mulai populer pada masa akhir Dinasti Han, 2000 tahun yang lalu. Pada awalnya, pembuatan mie hanya dari bahan yang sederhana, yakni dari tepung terigu dan air. Meskipun demikian, tidak semua orang dapat membuatnya. Sebab pembuat mie harus memiliki keterampilan khusu juga harus kuat fisiknya. Bayangkan saja, untuk menghasilkan lebaran-lembaran mie yang bentuknya bagus, adonan mie harus diuleni, dibanting, ditarik, bahkan diayun dan diguncang-guncang. Semuanya itu memerlukan banyak tenaga karena harus dilakukan dengan tangan kosong.

Masing-masing Negara memiliki Mie yang Unik
Berbagai negara memiliki citarasa penyajian mienya sendiri-sendiri yang spesifik. Seperti Italia yang akrab dengan spaghetti. Tiongkok dan negara yang bertetangga dengannya juga akrab dengan hidangan mie. Begitupula Korea, Vietnam, Thailand, Singapura dan Indonesia memilik hidangan mie yang khas.

Di Indonesia, jenis mie yang banyak dikonsumsi adalah mie bergaya China. Ada dua jenis mie menurut istilah awam, yakni mie kuning dan mie putih yang dijual baik keadaan basah maupun kering. Mie kuning biasanya terbuat dari adonan terigu dan air. Jika memakai telur ayam disebut mie telur. Sedangkan mie putih disebut Bihun. Lalu ada juga Soun yang terbuat dari biji kacang hijau. Karena itu, warna Soun lebih bening dari Bihun. Selain itu, jenis mie putih lainnya yang banyak penggemarnya adalah Kuetiau. Mie ini bentuknya lebar dan pipih, terbuat dari tepung beras yang rasanya agak kenyal.

Berlanjut ke dapur Korea ada satu jenis mie yang paling populer. Namanua mie Naengmyon. Mie ini berwarna kecokelatan, terbuat dari tepung terigu dan pati kentang. Naengmyon diolah bersama kaldu sapi, lalu ditambah irisan buah pir yang disajikan dingin atau panas. Ada lagi mie Tangmyon. Mie ini terbuat dari tepung ubi. Tampilannya seperti Soun, tetapi warnanya agak gelap dan helaiannya lebih kasar. Tangmyon tidak hanya terbuat dari ubi, tapi ada yang terbuat dari kacang hijau. Citarasa Tangmyon ini cenderung hambar namun cocok untuk disajikan bersama tumis.

Ban Pho adalah mie yang terbuat dari adonan tepung beras dan air. Ban Pho ini menjadi mie khas Vietnam. Bentuknya panjang dan lebarnya sekitar 0,7 cm seperti Kuetiau. Selain itu, ada juga Bun. Bentuk Bun mirip dengan Bihun. Cara penyajiannya, Bun terlebih dahulu di seduh dengan air panas agar lunak. Bun disajikan bersama kuah daging sapi, berbumbu adas, touge dan kayu manis.

Mie dari negara Thailand umumnya dibuat dari tepung beras namanya mie Sen Yai. Jika di Indonesia mie ini disebut dengan mie Kuetiau. Duck noodles adalah hidangan paling terkenal di negara Thailand. Mie ini lebar mirip Kuetiau, disajikan berkuah dengan irisan daging bebek panggang.

Negara Jepang juga mengenal beberapa jenis mie, antara lain Udon dan Soba. Banyak yang tidak menyangka bahwa Udon diperkenalkan pertama kali oleh Zenshu, seorang pendeta dari Tiongkok, sekitar awal abad ke-15. Zenshu datang ke Jepang dengan membawa jenis gandum baru, buckwheat, yaitu sejenis biji-bijian yang sering dipakai untuk membuat sereal. Buckwheat yang biasanya dijadikan bahan membuat kue kering, oleh pendeta Zenshu diolah menjadi Udon, jenis mie Jepang yang berwarna putih keruh, pipih panjang seperti spaghetti.

Pada zaman Dinasti Nara, Udon mengalami banyak perkembangan dengan diciptakannya jenis mie baru, yaitu Soba. Meskipun sama-sama terbuat dari buckwheat, Soba berbentuk pipih. Uniknya, Soba juga memiliki citarasa lain seperti rasa teh hijau alias cha Soba rasa jeruk, lemon atau rasa biji wijen hitam.

Selain Udon dan Soba, ada mie lain, yakni Somen. Di pasaran, Somen dijual dalam penampilan menarik. Somen bentuknya seperti Bihun tetapi transparan terbuat dari adonan tepung terigu kualitas terbaik. Di musim panas, sup Somen yang disajikan dalam keadaan dingin dengan es batu menjadi sajian favorit orang Jepang.

Revolusi Mie -> Mie Instan
Pada awalnya, mie diproduksi dengan cara manual. Baru pada tahun 700-an, sejarah mencatat terciptanya mesin pembuat mie berukuran kecil dengan cara kerja mekanik. Revolusi pembuatan mie berkembang secara besar-besaran setelah T. Masaki pada tahun 1854 berhasil membuat mesin mie secara mekanik yang dapat memproduksi mie secara masal. Sejak saat itu mie mengalami banyak perkembangan, seperti pembuatan mie instan yang pertama kali diciptakan oleh Momofuku Ando pada tahun 1958.

Setelah Perang Dunia II, Jepang yang hancur selama Perang Pasifik mendapat bantuan besar-besaran berupa gandum dari Amerika. Saat itu pertanian Jepang rusak akibat perang yang menyebabkan paceklik pangan. Karena mendapat gelontoran gandum dalam jumlah yang besar, harga terigu menjadi murah.

Memang dahulunya, orang Jepang suka makan nasi ketimbang terigu. Namun karena paceklik, Pemerintah Jepang menganjurkan masyarakatnya mengkonsumsi terigu pengganti nasi. Banyak kedai-kedai mie dibuka, menandakan orang-orang Jepang cenderung tertarik mengkonsumsi mie terigu. 

Di Kedai-kedai terkenal, mie ramen sangat digemari masyarakat. Maka sepanjang jalan, banyak orang Jepang rela mengantri mengular panjang demi semangkuk mie. Namun saat musim dingin tiba, cara ini menjadi tidak nyaman. Maka bergulirlah ide Ando untuk membuat mie terigu yang berbeda dengan ramen di jalanan, yakni mie instan, yang rasanya enak, tahan lama, dan tidak sulit mengolahnya di rumah.

Secara pelahan tapi pasti, Ando mulai menitih usahanya. Dia bereksperimen membuat bumbu mie dan menimbang rasa yang pas pada kuah mienya. Dipilihlah racikan bumbu mie kuah ayam. Ternyata ketika contohnya dijual ke toko serba ada, mie instan buatannya itu laku keras.

Sementara menjalankan bisnisnya di emperan rumah, Ando dibantu keluarganya membuat mie instan secara manual. Berhubung usahanya semakin menggurita, pada bulan Desember 1958, Ando menamai perusahaannya itu dengan “Nissin Foods”.

Mulanya mie buatan Nissin harus dimasak. Tetapi perbedaan cara makan antara orang Jepang dan Eropa berbeda mengilhami Ando untuk bereksperimen membuat “mie gelas”. Konsepnya adalah melarutkan bumbu mie ke dalam air panas tanpa harus dimasak, tanpa memakai piring tetapi menggunakan gelas. Maka dipilihlah gelas dari bahan stereo foam yang ditutup rapat menggunakan alumunium foil.

Mie dibawa ke Indonesia oleh Pedagang China
Sebuah pertanyaan, kenapa mie yang kita konsumsi hampir sama dengan yang dikonsumsi oleh orang China? Baik bentuk, tekstur bahkan namanyapun hampir sama? Jawabannya karena mie yang kita konsumsi ada hubungannya dengan migrasi orang China ke Nusantara. Mula-mula para pedagang Tiongkok datang ke Nusantara hanya untuk mencari rempah-rempah. Berhubung, dahulu belum ada mesin kapal, mereka bergantung pada angin muson untuk pelayaran. Tapi karena pergantian antara muson barat ke timur membutuhkan waktu berbulan-bulan, maka tidak semua pedagang China pulang ke rumahnya, melainkan mereka menetap di Indonesia.

Dari laporan F. De Haan, yang menulis buku Sejarah Batavia zaman VOC, antara tahun 1602 dan 1799, di Batavia telah terdapat sejumlah warung makan Tionghoa dengan sajian mie. Orang keturunan Tionghoa di Indonesia kebanyakan berasal dari China bagian Tenggara, khususnya Provinsi Fujian dan Guangdong. Mereka datang ke Indonesia turut membawa bumbu dapur mereka. Hal ini yang membuat cita rasa masakan Indonesia semakin beragam. Banyak makanan Tionghoa yang familier di lidah orang Indonesia, bahkan saking familiernya makanan ini dianggap sebagai makanan khas Indonesia, seperti tahu, kecap, bakso, hingga tauco.
 
Mie sebagai makanan sehari-hari begitu populer hingga banyak wilayah kota memiliki sajian mie yang khas, seperti Mie Yogya, Mie Medan, Cwi Mie Malang, dan Mie Kriting Binjai Sumatra. Namun ada jenis mie lain yang paling digemari masyarakat Indonesia, baik muda maupun tua yakni mie instan.

Merek Supermie adalah produk Mie Instan yang dikenal pertama kali oleh masyarakat Indonesia. Mie ini diluncurkan pada tahun 1968 oleh perusahaan milik Sudomo Salim. Kemudian empat tahun setelahnya disusul oleh merek dagang lain yakni Indomie pada tahun 1972. Saat ini sudah banyak merek mie instan di pasaran, mulai dari Sarimie, Mie ABC, Mie Sedaap dan lain sebagainya.

Karena masyarakat Indonesia gemar makan mie, saat ini produksi mie instan Indonesia nomor dua di dunia. Dalam hal pemasaran China sebagai tempat lahirnya mie menempati urutan teratas dengan 44,3 miliar bungkus pertahun diikuti Indonesia dengan 12,4 miliar bungkus, sedangkan Jepang 5,4 miliar bungkus pertahun.

Meski bukan tempat lahirnya mie, bangsa Indonesia melalui produk andalannya Indomie berhasil menguasai pasar dunia mie instan. 

Nah, itu tadi gais secumit “Sejarah Mie dari Orientalis sampai Mie Instan”. Kalian suka makan mie? Sekian dulu ya!

No comments

Powered by Blogger.