Sejarah Pesawat Tempur F-16 yang Melegenda
Hai Sahabat Story, mau tanya nih, rasanya naik pesawat tempur itu
kaya apa ya? Bermanuver, koprol, meliuk-liuk, pasti menegangkan sekali ya. Tapi
taukah kalian, ada sebuah pesawat tempur jet buatan Amerika yang paling legend dan
laris manis di pasaran, lho. Hayo
siapa yang tau? Yup... benar F-16. Biar gak
kepo sama pesawat ini, yuk kita bahas
bersama-sama “Pesawat Tempur F-16 yang Melegenda”
F-16 lahir dari Perang Vietnam
Perang Vietnam sangat berpengaruh di masa awal perancangan pesawat P F-16 Fighting Falcon. Masalah utama yang dirasakan oleh banyak penerbang tempur AS saat itu adalah soal tubuh F-4 Phantom II dan F 111 Aardvark yang terlampau tambun. Bentuk tambun kedua pesawat andalan As di Palagan Vietnam itu membuat mereka sulit bergerak gesit. Apalagi yang dihadapi adalah pesawat-pesawat ramping semacam MiG-17 dan MiG-21, sudah tentu mereka akan jadi bulan-bulanan kedua pesawat Rusia ini.
Perang Vietnam pecah pada tanggal 1 November 1955 dan baru berakhir tanggal 30 April 1975. Langit Vietnam bukan sembarang medan laga, sebab Uni Soviet dan Amerika Serikat sama-sama ingin memperluas ideologi mereka di sini. Kekuatan militer kedua negara pun akhirnya dipamerkan habis-habisan di Vietnam.
Motif perang saudara ini berawal dari keinginan masyarakat Vietnam Utara yang ingin merangkul kembali seluruh saudara mereka yang ada di Vietnam Selatan untuk menjadi bangsa yang merdeka. Yang membuat urusan ini mejadi pelik adalah adanya dua negara adidaya di belakang Perang Vietnam.
Sebagai penyokong persenjataan Vietnam Utara, Uni Soviet mengirim alutsista canggih dijamannya berupa pesawat tempur MiG-17 dan MiG-21, beserta beragam sistem persenjataan udara, seperti rudal SA-2 Guideline yang efektif membredeli pesawat musuh. Di sisi lain, Vietnam Selatan juga mendapat dukungan dari AS berupa pesawat tempur F-4 Phantom hingga pesawat pembom kelas berat B-52 Stratofortress.
Kurang Gesit F-4 Phantom si Pesawat Bongsor
Selama Perang Vietnam, penerbang tempur AS mengeluhkan soal bobot pesawat mereka yang membuat laju pesawat tidak lincah. Ongkos operasionalnya mahal dan juga soal penanganan dan perawatannya yang ribet.
Meskipun body pesawat F-4 Phantom terlihat sangar dengan sayap yang lebar dan kokoh dan mampu menggendong beragam rudal dan bom yang mematikan, tetapi Palagan Langit Vietnam tidak cocok dengan kehadiran pesawat itu. Kecanggihan F-4 Phantom ternyata tak menjamin kesuksesan sebuah operasi. Hal itu terbukti manakala jajaran pesawat F-4 beradu kejar dengan pesawat-pesawat Uni Soviet yang tubuhnya lebih ramping. Mereka kepayahan saat disergap MiG-17 dan Mig-21. Masalah ini kemudian membuat sadar pabrikan pesawat AS yang kemudian memasukkan factor thrust to weight ratio sebagai pertimbangan paling penting dalam merancang pesawat bukan lagi kemampuan membawa senjata dan jarak terbang yang tinggi.
F-16 Lahir dengan thrust to weight ratio
Tahun 1965 Angkatan Udara AS (USAF) mencari konsep pesawat tempur generasi keempat masa depan yang memiliki biaya operasional rendah namun punya kinerja tinggi. Dari sini para ilmuan dan pabrikan pesawat AS mulai mengenal istilah thrust to weight ratio yang hingga sekarang dijadikan sebagai parameter penting untuk mengukur kelincahan sebuah pesawat. Thrust to weight ratio adalah rasio kekuatan dorong pesawat terhadap berat pesawatnya sendiri. Makin tinggi angkanya maka makin lincah sebuah pesawat.
Tuntutan penerbang USAF terhadap pesawat terbaru adalah memiliki rasio lebih besar hingga 25 persen itu yang membuat pihak pabrikan yang mengikuti tender pusing. Namun, saat ilmu tentang penerbangan, mekanika, elektronik, dan metalurgi berkembang pesat, tuntutan thrust to weight ratio yang tinggi itu bukan hal yang mustahil. General Dynamic (GD) sebagai salah satu peserta tender menangkap seluruh hasil riset itu dan menyusunnya ke dalam sebuah prototype pesawat tempur yang diberi nama YF-16. Namun dipercobaan terbang perdananya YF-16 mengalami malapetaka.
Di penerbangan purwarupa YF-16 kedua yang dijajal pada tanggal 2 Februari 1974, YF-16 berhasil menunjukkan manuver yang luar biasa. Setelah menjalani 417 jam terbang dalam 330 sortie, akhirnya USAF menjatuhkan pilihannya kepada YF-16. Mereka menilai bahwa pesawat YF-16 ini telah memenuhi seluruh kriteria yang diinginkan oleh USAF yakni ringan, lincah, dan yang paling penting adalah biaya operasionalnya yang murah.
Ada delapan nilai plus yang dimiliki YF-16, yakni komposisi grafit pada struktur utama pesawat, konsep bubble canopy yang lebih kompak hingga ke ujung kursi belakang, penggunaan fly by wire yang lebih responsif, relaxed static stability yang mampu meredam efek pergeseran titik beban pesawat, wing body building untuk meningkatkan gaya angkat dan mengurangi gaya hambat, advanced integrated crow station untuk kenyamanan penerbang, dan full time manerering flaps yang mampu menyederhanakan proses terbang jelajah manuver pesawat dan proses pendaratan. Sedangkan untuk penggerak, YF-16 ini menggendong mesin F100-PW-200 buatan parbrikan Pratt & Whitney. Mesin anyar ini awalnya dipesan oleh pabrikan McDonell Douglas, namun lantaran pesawat yang dikembangkan mirip jadi GD diberi hak untuk menggunakannya juga.
Laris Manis Penjualan F-16
Pesawat tempur F-16 sudah diproduksi selama 40 tahun. Selama itu menjadikan pesawat F-16 sebagai pesawat paling fenomenal di abad ini. F-16 yang pertamakali diproduksi adalah varian F-16A dan B. Huruf "A berarti pesawat tersebut hanya memiliki satu kursi, alias berkursi tunggal, sedangkan "B" berarti F-16 tersebut memiliki dua kursi. F-16 generasi pertama ini menggunakan mesin buatan Pratt & Whitney F-100-PW-100 yang memiliki tenaga dorong sebesar 106,50 KN
F-16A dan F-16B memiliki beberapa sub varian, di antaranya Block 1, 5, 10, dan 15. Pada Block 15, GD membuat upgrade yang cukup signifikan pada siripnya yang dibuat lebih tegak dan lebih besar yang berdampak pada peningkatan kemampuan terbang. Kemampuan membawa senjatanya juga bertambah. Maka tidak ayal jika Block 15 ini merupakan anggota keluarga F-16 yang paling laku di seluruh dunia.
Produksi F-16A/B untuk kebutuhan Angkatan Udara Amerika Serikat dihentikan pada tahun 1985. Tiga tahun kemudian, GD merilis Block 15 Operational Capability Upgrade (OCU), Sub varian ini mulanya diproduksi sebanyak 214 unit untuk kebutuhan ekspor ke luar AS. Sub varian OCU memiliki Head up Display lebih lebar dan dilengkapi dengan ring laser INS (Inertial Navigation System). Selain itu, daya angkut OCU juga melonjak karena mesinnya telah diganti dengan varian Dash 200. OCU juga sudah mampu mengangkut rudal Sidewinder AIM-9P-4 dan telah disediakan dudukan untuk tabung pengacak sinyal ALQ-131. Setidaknya ada 12 negara yang mengoperasikan F-16 Block 15 OCU di antaranya Singapura, Thailand, Yordania, Mesir, Taiwan, Belanda, Norwegia, Denmark, Venezuela, Israel, Belgia, dan termasuk juga Indonesia. Total produksi OCU hingga akhir pesanan mencapai 1.736 unit, terbagi atas 1.425 unit tipe A dan 311 unit untuk tipe B.
Sejak tahun 1984, GD tercatat mulai memperkenalkan varian "C" dan "D". Berbeda dengan varian A dan B, generasi kedua ini memiliki kemampuan yang lebih mumpuni untuk kebutuhan serang darat dalam segala kondisi cuaca. F-16C/D anyar ini mampu menggendong rudal AGM-88 HARM dan AIM-120. Kemudian ruang mesinnya dibuat lebih longgar lantaran sub varian ini menggunakan mesin baru buatan General Electric berjenis F-110-GE-100.
Pada block 32 dan 42, F-16 kembali memakai mesin Pratt & Whitney F-100-PW-220. Mesin baru ini ternyata menimbulkan masalah. Tenaga yang lebih besar meningkatnya suhu di cerobong udara pesawat sehingga pesawat lebih mudah terdeteksi oleh radar. Solusi yang ditawarkan GD untuk mengatasi masalah ini adalah melapisi cerobong udara di bagian belakang pesawat dengan Radar Absorbent Material (RAM), yakni material khusus yang dapat menyerap radar. Hingga bulan Juli 2016, penjualan F-16 dari varian lama hingga paling mutakhir sudah masuk mencapai angka 4500-an unit. Pesawat-pesawat ini tersebar di 25 negara yang menjadikannya sebagai pesawat tempur paling laris di seluruh dunia.
Nah, itu tadi gais sejarah “Pesawat Tempur F-16 yang Melegenda”. Jadi buat kalian, dah gak kepoo lagi kan? Sekian...
Post a Comment