Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Freemason di Indonesia beserta para pengikutnya

Freemason atau Tarekat Mason Bebas. Sahabat Story pernah dengar nama itu? Sebenarnya apa sih Freemason itu. Kok bisa-bisanya ya berpengaruh di negeri kita ini?. Biar gak penasaran, yuk kita sama-sama bahas tentang Freemason di Indonesia.

Negeri Belanda lumbung gerakan Iluminati-Freemason   
Jadi ceritanya dari sini gais, negeri Belanda. Negeri Belanda adalah sebuah negara kecil di benua Eropa yang dijadikan tempat tinggal bagi diaspora Yahudi dari seluruh dunia. Di Kota Amsterdam Belanda, komunitas Yahudi memperoleh kenyamanannya dalam beraktifitas baik politik, ekonomi, maupun pendidikan. 

Dalam sejarah Yahudi, komunitas ini mulanya menyebar ke Eropa melalui Laut Hitam. Namun tidak semua negara di Eropa menerima kehadiran mereka. Hanya di Belanda dan Belgialah mereka dapat tumbuh subur dan berkembang, tidak terkecuali dengan tarekat mereka, Freemason.

Gerakan Freemason menyusupkan paham-pahamnya melalui sekulerisme secara diam-diam. Negara berbasis agama seperti Turki dan Rusia berhasil dihacurkan dengan paham buatan mereka.

Di Turki, Freemason menjalankan aksinya melalui gagasan nasionalisme yang ditujukan kepada Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement) pada tahun 1908. Gerakan ini akhirnya berhasil meruntuhkan sistem kekhalifahan Islam pada tahun 1924 Masehi. 

Kemudian di Rusia, jaringan Freemason menjalankan aksinya dengan memasukan paham sosial-demokrat-komunisme ke kaum proletar. Hasil penyebaran paham tersebut menyebabkan kekuasaan Raja Rusia Tsar Nicholas II runtuh. Pasca kekalahan Nicholas II, Rusia berubah menjadi negara Komunis yang anti terhadap agama.

Sementara di negara Belanda, jaringan Yahudi masuk secara terbuka ke dalam lini-lini pemerintahan. Disana mereka menjalankan programnya dengan topeng “sosial demokrat”. Kebanyakan mereka adalah para Yahudi yang secara aktif menjadi anggota jaringan Iluminati-Freemason. 

Freemason sampai ke Nusantara
Sebelum Jan Pieterzoon Coen mendirikan kota Batavia, Armada Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman sudah tiba terlebih dahulu di Jayakarta pada tangal 13 November 1596. Saat itu Jayakarta hanyalah kota pelabuhan kecil yang terletak di muara Sungai Ciliwung.

Pada tanggal 30 Mei 1619, Jan Pieterzoon Coen berhasil mengalahkan Pangeran Wijayakrama di Jayakarta. Setelah kemenangan itu, ia mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia.

Kejatuhan Jakarta (Batavia) turut diikuti dengan boyongnya lembaga-lembaga penting Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) ke kota itu. VOC sendiri didirikan pada tahun 1602, dimana VOC dimodali oleh Heeren van Zeventeen (Tujuh Belas Tuan) yang kebanyakan adalah keturunan Yahudi.

Tercatat keberadaan jaringan Freemason pertamakali tercium di Hindia-Belanda pada tahun 1762 ketika Jacobus Cornelis Matthieu Radermacher mendirikan Loji La Choisie. Radermacher sendiri adalah seorang anggota kelompok plotisme dan Iluminati Belanda yang datang pertama kali ke Batavia tahun 1757. Saat ia datang ke Jakarta, usianya masih muda yakni 16 tahun. Baru pada usia 22 tahun, dia mendirikan La Choisie sebagai pembuka jalan bagi gerakan Freemason di Hindia Belanda.

Radermacher merupakan anak dari Joan Cornelis Radermacher, seorang tokoh Freemason dan juga pejabat yang memegang urusan penting keuangan di Kerajaan Belanda. Selain itu, keluarga Radermacher adalah orang-orang yang dekat dengan lingkaran Kerajaan Belanda, bahkan paman Radermacher adalah anggota Dewan Direksi VOC.

Tokoh-tokoh Freemason di Hindia Belanda kebanyakan masih berhubungan keluarga dengan Radermacher. Mereka memegang kekuasaan penting di VOC, sebagaimana ayah mertua Radermacher bernama Reiner de Klerk, seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang menjabat pada tahun 1777-1780.

Sebagai pusat kekuasaan Belanda di Nusantara, banyak pegawai-pegawai VOC datang dari negeri Belanda. Mereka berprofesi sebagai juru tulis sampai mayor jenderal, kebanyakan adalah anggota Vrijmetselarij/ Freemason Ordo Bintang Timur (de Ster in het Oosten).

Pada mulanya oraganisasi Freemason di Hindia Belanda hanya terbatas pada orang Yahudi kelahiran Belanda, orang Belanda totok, dan Indo Belanda. Mereka bekerja mengepalai perkebunan, kepala pemerintahan, dan guru. Namun sejak VOC mengintensifkan pendudukan di Hindia Belanda secara masif, banyak pegawai dari luar Belanda yang didatangkan. Maka Saat itu pula, sifat eksklusif Freemason Belanda mulai berkurang.

Dibandingkan negeri Belanda, Nusantara memiliki luas berlipat-lipat dengan kekayaan yang luar biasa kayanya. Sebagai negeri kecil di Benua Eropa, Belanda sebagai negara asal VOC kekuarangan tenaga kerja lokal. Karena itu mereka kemudian merekrut orang-orang Inggris dan Skotlandia untuk bekerja sebagai pegawai maupun tentara di Nusantara. 

Para tentara yang bekerja di Hindia Belanda banyak yang menjadi anggota freemason. Mereka kemudian mendirikan perkumpulan Societiet Concordia, yaitu klub tempat para serdadu Belanda bertukar pikiran terkait dengan kegiatan Freemason. Tempat ini kemudian dinamakan Loge Militair Concordia. Gedung Societiet Concordia dibangun di Waterlooplein (Lapangan Banteng, Jakarta Pusat) pada tahun 1833. 

Seiring semakin banyak daerah-daerah Nusantara yang jatuh ke VOC, komunitas Freemason turut menyebar bukan hanya di daerah Batavia saja, melainkan di daerah lain Nusantara termasuk Makassar dan Aceh.

Cara Freemason bekerja di Nusantara
Radermacher memiliki pengaruh yang hebat di pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai menantu orang yang berkuasa di Kepulauan ini, dia memegang karir penting dalam lembaga yang digagasnya seperti Bataviasch Genootschap van Kunstenen Wetenschappen (Perhimpunan Masyarakat Batavia untuk Kesenian dan Ilmu Pengetahuan) yang didirikan pada 24 April 1788. Organisasi ini mendapat dukungan penuh dari Jenderal Reiner de Klerk, anggota fremason yang juga mertua Redermacher. Hampir sepertiga anggota lembaga ini adalah anggota Freemason. Tujuan ddirikannya Organisasi ini untuk memajukan ilmu pengetahuan dan melestarikan kebudayaan kuno di Hindia Belanda. Gagasan lain Freemason adalah sekuleritas. Gagasan ini tidak terlepas dari anggota Freemason yang terdidik dalam alam pikiran Barat yang liberal.

Dari misi penjajahan, para Mason menyusup ke dalam birokrasi Hindia-Belanda. Lalu mereka menyebakan jaring Freemasonnya ke wilayah lain di Nusantara. Upaya ini semakin mendapat peluang ketika banyak Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang menjadi anggota dari jaringan mereka.

Jaringan Freemason Nusantara
Jawa adalah tempat dimana jaringan Freemason tumbuh subur. Keberhasilan Freemason meluaskan fahamnya di Pulau ini tidak lepas dari dukungan elit pribumi yang berkuasa. Kendati pada tangal 31 Desember 1799, VOC bubar namun jaringan Freemason masih tetap berdiri.

Di beberapa negara tempat Freemason berkembang, turut didirikan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan dan kesenian oleh kelompok ini. Tujuannya jelas yaitu mengkampanyekan sekularisasi, filsafat pengetahuan barat, dan kehidupan modern ala Barat. Sebagai pembanding, jika di Batavia ada Bataviaasch Genootchap, maka di Belanda ada Dutch Society Haarlem yang menjadi kiblat dari  Freemason Hindia-Belanda. 

Freemasonry yang beroperasi di Hindia Belanda digerakan oleh para Yahudi yang menjalankan misi keagamaan dan politik sekaligus. Mereka yang membawa misi keagamaan adalah orang-orang yang mengamalkan kebatinan Yahudi, sedangkan mereka yang menjalankan politik masuk ke dalam organisai Freemasonty dan Illuminati. Keduanya baik Theosofi ataupun Freemasonry adalah persekongkolan Judeo-Masonik yang bertujuan menata dunia baru dalam satu pemerintahan tunggal, Novus Ordo Seclorum.


Pengaruh Freemason di Indonesia
Jika melihat kurun waktu keberadaan Freemasonry di Indonesia dari awal mula dikenalkan di Batavia tahun 1762 hingga dibubarkan oleh Soekarno tahun 1961, maka tidak mungkin selama ratusan tahun Freemanson ada di Indonesia tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap bangsa ini.

Ada pertanyaan apakah keterlibatan Radjiman Wediodiningrat, Paku Alam V sampai VII dalam Freemasonry adalah ketidaktahuan mereka bahwa organisasi ini adalah jaringan internasional yang digerakan untuk kepentingan Yahudi?

Memang organisasi ini banyak bergerak dengan kedok kemanusian dan kebatinan yang menarik minat sebagian elit dan priyayi Jawa yang lekat dengan mistik. Kemudian juga menarik para elit nasional yang kemudian memainkan peranan penting dalam pergerakan nasional di negeri ini. Tapi tidaklah mungkin mereka tidak tahu, sebab mereka adalah orang-orang terpelajar.

Wat Iks Als Javaan voor Geest en Gemoed in de Vrijmetselarij heb Gevonden, tampaknya dapat menjawab keraguan ini. Judul buku diatas ditulis oleh Raden Mas Adipati Ario Poerbo Hadiningrat yang jika dialihbahasakan Indonesia menjadi “Apa yang Kutemukan sebagai Orang Jawa untuk Roh dan Jiwa Freemasonry”, menjadi bukti adanya pengaruh ajaran-ajaran Freemason dalam diri Raden Mas Adipati Ario Poerbo tersebut. 

Kebanyakan para priyai Jawa yang bergabung dalam jaringan Freemasonry adalah mereka yang lekat dengan kebatinan, mistisisme dan okultisme. Kesamaan dasar pandangan inilah yang membuat jaringan Feemason dengan mudah menggurita di kalangan elit Jawa.

Masyarkat Jawa pada masa kejayaan Freemason menyebut organisasi Yahudi di Hindia Belanda ini dengan nama “Gerakan Kemasonan”. Mereka yang masuk gerakan ini mendapat hak privillage, terutama dalam menempuh pendidikan di negeri Belanda. 

Di Jogjakarta, kelompok kemasonan mendirikan loji Mataram pada tahun 1870. Tokoh yang berperan penting dalam pendirian Loji ini adalah W.D. van Nispen. Loji Mataram oleh para pribumi dinamakan “Gedong Setan” sedangkan dalam bahasa Jawa disebut “Omah Pewangsitan” dan dalam bahasa Belanda sebagai “Te Huis devils” atau “Huis van Overdengking”.

Hampir di setiap wilayah yang berdiri Loji Freemasonry, didirikan pula volksbibliotheek atau Perpustakaan Rakyat, sekolah-sekolah, Societiet Vereeniging (Perkumpulan Sosial) dan lain sebagainya. Di Perpustakann Rakyat, buku-buku tentang pemikiran barat dan kebatinan lebih mendominasi daripada buku ilmu pengetahuan yang lain.

Para Mason Pribumi
Sejak abad ke-19, para Mason Eropa telah mengajarkan ajaran Kemasonan di lingkungan istana Paku Alaman. Bahkan pada tahun 1871, Paku Alam V alias Pangeran Soeryodilogo resmi menjadi anggota Gerakan Kemasonan. Kiprah Soeryodilogo di Kemasonan kemudian dikuti oleh Paku Alam VI (Pangeran Ario Notokusumo), dan Pangeran Paku Alam VII, juga anak keturunan mereka.

Paku Alam Studie Fund menjadi saluran Freemason dalam bidang pendidikan. Yayasan ini memberi beasiswa untuk anak-anak priyai yang ingin melanjutkan studi ke Batavia maupun Belanda. Yayasan ini didukung penuh oleh Gerakan Kemasonan. Dikemudian hari, para alumnus yang mendapat beasiswa Kemasonan ini aktif mendirikan organisasi Budi Utomo, sebuah organisasi yang bersifat kebangsaan. Karenanya tidak heran jika keluarga Paku Alam banyak terlibat dalam kongres-kongres Budi Utomo bahkan Paku Alam VII dan Pangeran Ario Notodirojo mengijinkan penggunaan Loji Mataram sebagai tempat kongres Budi Utomo.

R.M. Ario Adipati Poerbo Hadiningrat adalah orang yang banyak berjasa dalam menyebarkan ajaran-ajaran Freemason di Tanah Jawa. Sejak kongres Kemasonan pertama di Semarang dibuka pada tanggal 20 April 1919, Poerbo sudah memainkan peranan dalam merekrut orang Jawa menjadi anggota organisasi ini. Saking berjasanya bagi gerakan ini, nama Adipati Ario Poerbo, resmi tercatat di negeri Belanda sebagai petinggi Freemasonry di Hindia Belanda. 

Selain Adipati Ario Poerbo, ada pribumi lain yang tercatat sebagai petinggi Freemason di Hindia Belanda. Dia bernama Raden Saleh Sjarif Bustaman, seorang pelukis pribumi yang karyanya terkenal di Eropa. Baik Raden Saleh maupun Adipati Ario Poerbo, kedua nama tersebut disejajarkan dengan para petinggi Freemasonry lainnya seperti Prins Frederick, Prins Alexander, Albertus Samuel Carpentier Alting, General van der Heyden, dan lain sebagainya.

Tokoh pribumi yang gencar mengkampanyekan Gerakan Kemasonan lainnya adalah Radjiman Wediodiningrat. Radjiman adalah orang yang dekat dengan lingkaran kekuasaan keraton. Ia pernah mengabdi selama 30 tahun di Surakarta Hadiningrat. Ia juga dikenal sebagai intelektual yang memadukan antara tardisi Jawa dengan Ilmu Barat. 

Radjiman adalah Mason yang berhasil memegang jabatan penting di Republik Indonesia awal kemerdekaan. Ia pernah menjabat sebagai pemimpin sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang kemudian melahirkan gagasan tentang Pancasila.

Radjiman masuk sebagai anggota Freemason tahun 1913. Setahun kemudian dia memimpim Budi Utomo. Tulisan-tulisannya di Majalah Timboel menonjolkan corak Theosofi, yakni Humanisme.

Ajaran Freemason
Gerakan Kemasonan berusaha mengontrol setiap gerak kebangkitan masyarakat Jawa, utamanya mereka yang ikut dalam perkumpulan yang bercorak kejawen. Karenanya tak heran organisasi yang bersifat kejawaan seperti Budi Utomo, Trikoro Dharmo, dan Jong Java, memiliki pemikiran dan asas yang sama dengan gerakan Freemason.

Freemasonry/Vrijmetselarij yang ada di Jawa maupun di Eropa tidak jauh berbeda. Mereka mempunyai tujuan untuk menjadi titik pusat bersama dalam pelaksanaan seni hidup dan berusaha mengembangkan umat manusia yang harmonis dengan memegang asas:

1)      Tingginya nilai kepribadin manusia        
2)      Hak setiap orang untuk secara mandiri mencari kebenaran.
3)      Tanggungjawab moral manusia atas perilakunya.
4)      Persamaan dalam wujud sesama.
5)      Tarekat umum sesama manusia
6)      Kewajiban setiap orang berbakti kepada kesejahteraan masyarakat.

Dari keenam asas gerakan Freemasonry tersebut tidak ada yang mencantumkan ketuhanan, sebab gerakan ini murni untuk mengabdi kepada humanisme yang dibungkus dengan kebebasan, persaudaraan, dan persamaan. Mereka berusaha menggantikan etika agama dengan etika kemanusiaan. Hingga pada akhirnya cita-cita itu berjalan dalam gerak nasionalisme melalui kaum intelektual binaan mereka di negeri ini.

Nah, itu tadi sejarahnya gais, bagaimana Freemason bisa sampai ke Indonesia dan mempengaruhi pemikiran kaum pribumi dalam mewujudkan cita-cita Freemasonry di Nusantara. Sekian dulu ya.

No comments

Powered by Blogger.