Fakta dan Mitos Candi Prambanan
Hai Sahabat
Story, kita main tebak-tebakan, yuk!
Emm... pertanyaannya, Candi Hindu terbesar di Indonesia bernama apa? Hayo tebak...!
Yap.. Kalian benar, Prambanan. Jadi Candi Hindu terbesar di Indonesia saat ini bernama
Candi Prambanan. Terkait sejarah, kisah penemuan, arsitektur dan mitos tentang
Candi Prambanan ini, biar kalian tidak kepo, yuk sama-sama kita bahas.
Lokasi Candi Prambanan perspektif historis
Jika sahabat
Story jalan-jalan ke Jogjakarta jangan lupa mampir ke Prambanan, sebab lokasi
percandian ini tidak jauh dari Kota Yogyakarta, yaitu di Desa Prambanan (Bokoharjo).
Jika Sahabat datang
dari arah Yogyakarta, kompleks percandian Prambanan berada di kiri jalan,
tepatnya di seberang timur Sungai Opak, sungai yang bersumber dari mata air Gunung
Merapi dan bermuara di Samudera Indonesia.
Pemilihan
pembangunan Candi di timur Sungai Opak bukanlah sebuah kebetulan belaka, lho. Namun sudah terencana dengan matang. Sahabat tahu
karakteristik Sungai Opak? Jika musim hujan tiba, sungai ini sangat deras dan
berisiko untuk diseberangi. Maka sehubungan dengan lokasi tersebut, bisa
diprediksi dimana pemukiman penduduk saat itu berada. Benar... di sisi timur
candi.
Adanya pemukiman
penduduk tidak boleh dikesampingkan lho Sahabat Story, bahkan menjadi kenyataan
yang penting sebab dari situ kita dapat mengetahui corak kehidupan penduduk Mataram Kuno, bahkan barangkali pusat
kerajaan dan Kraton Mataram berdiri.
By The Way, Candi Loro Jonggrang yang
besar dan megah ini menjadi indikasi bahwa candi ini sebenarnya adalah candi
kerajaan. Ya.. miriplah dengan Masjid Istiqlal saat ini, statusnya. Kenapa? Karena
Candi dengan ukuran sebesar itu, lengkap dengan rancangan dan pelaksanaan yang
luar biasa, hanya mungkin didirikan di sebuah pusat kerajaan yang kuat dan
makmur. Jadi bukan sembarang tempat, ya.
Tentu kita dapat
membayangkan saat itu betapa sibuknya aktifitas penduduk sebuah kota besar di
kompleks percandian ini, lengkap dengan segala macam kerajinan, perdagangan,
dan perniagaan. Bisa jadi kompleks Prambanan saat itu adalah ibu kota negara.
Lalu, dengan
berdirinya candi perwara di sekitaran candi utama, menurut Krom. Hal itu
sepadan dengan banyaknya distrik yang dikuasai Mataram, dimana masing-masing penduduk distrik diberi tugas untuk menjaga candinya sendiri dan mempersembahkan sesajen kepada dewa yang
berdiam di candi yang mereka buat itu.
Pembangunan
Candi Prambanan juga tidak terlepas dari dinasti Syailendra, lho Sahabat. Diperkirakan keluarga
Syailendra memilik kraton sendiri di dataran tinggi Ratu Boko. Hingga akhirnya
terjadi pengusiran keluarga Syailendra dari Kalasan pada paruh kedua abad
ke-9. Kota Prambanan yang saat itu berpusat di Kalasan akhirnya diperluas ke
arah Timur. Kemudian dibangunlah kompleks Candi Loro Jonggrang yang sangat indah.
Arsitektur Candi Prambanan itu Beda
Sahabat Story,
taukah kalian jika Candi Prambanan lazim digunakan untuk menamai kompleks percandian
Hindu terbesar di Indonesia. Bersama dengan Candi Borobudur, candi ini
merupakan puncak dari seni arsitektur Jawa yang bercorak Hindu-Buddha dalam
kurun waktu 775 M hingga 900 M. Meskipun sering dibandingkan dengan Borobudur,
namun Prambanan sama sekali berbeda, baik dalam rancangan maupun pembangunannya.
Kekuatan dan
keindahan Borobudur terletak pada strukturnya yang besar, luas, dan kokoh. Lengkap
dengan rupa-rupa birai dan lorong yang mengalir memanjang menuju puncak, stupa
utama. Sedangkan pada Candi
Prambanan, hal yang menyedot perhatian ada pada persebaran bangunannya yang
dibagi ke dalam sejumlah besar candi perwara yang mengelilingi delapan candi yang
berdiri di kompleks Candi Trimurti.
Biarpun ada
perbedaan lahiriah antara keduanya, tetapi masih terdapat sejumlah kesamaan
diantaranya adalah ornamen dan hiasan yang dimilikinya termasuk penggunaan
relief pada dinding candi.
Prambanan terdiri dari tiga halaman berisi 250
Candi
Menurut
rancangan aslinya, kompleks Prambanan berdiri lebih dari 250 buah candi, baik
besar maupun kecil. Candi tersebut disebar dalam tiga bagian yang dipisah satu
dengan lainnya oleh tembok-tembok pembatas.
Halaman Candi Prambanan |
Di latar Halaman Utama,
selain ada delapan “menara kecil” atau yang disebut candi kelir dan candi
patok, memang dikhususkan untuk berdirinya candi ukuran besar yang
dipersembahkan kepada Trimurti. Candi Brahma sendiri berdiri di bagian selatan,
Candi Siwa di bagian tengah, dan Wisnu di bagian utara.
Candi Siwa adalah candi terbesar,
ukurannya sekitar 34 x 34 x 47 meter. Disetiap bagian yang menjorok, setiap
sisi Candi Siwa yang bersudut empat itu terdapat jalan masuk berupa tangga yang
berujung pada sebuah ruangan terpisah.
Lorong dan Ruangan Candi Siwa |
Tangga bagian timur menuju ke bilik utama, tempat berdirinya arca Siwa
Mahadewa. Pada ruang kecil itu, terdapat arca Mahakala dan Nandiswara sebagai
penjaga pintu.
Lalu di bilik sebelah selatan berdiri arca Agasya yang dulu disebut Batara
Guru. Kemudian di bilik bagian barat
berdiri arca Ganesa, yaitu putra Siwa berkepala gajah. Sedangkan di bilik
sebelah utara terdapatt arca yang paling terkenal yaitu arca Durga Mahesasuramardini,
dimana penduduk lokal menyebutnya sebagai arca Loro Jonggrang.
Setiap bilik pada candi dihubungkan oleh selasar atau lorong yang dapat
dilewati untuk mengintari candi. Pada bagian luar lorong candi terdapat pagar
dengan panel relief di sini kanan-kirinya berupa adegan-adegan penting dari
kisah Ramayana.
Candi Brahma dan Wisnu dalam banyak hal
terdapat kesamaan dengan Candi Siwa. Namun ukuran kedua candi ini lebih kecil
yakni 20 x 20 x 30 meter, dengan desain yang lebih sederhana. Kesederhanaan itu
terlihat dari keberadaan bilik, dimana masing-masing candi hanya memilik satu
bilik.
Kedua candi tersebut juga memiliki lorong yang berhiaskan panel relief.
Relief Candi Brahma menceritakan kisah Rama. Demikian pula Candi Wisnu
menggambarkan episode kehidupan Krishna.
Candi Wahana adalah bangunan candi yang ukurannya lebih kecil daripada
Candi Trimurti, berisi tunggangan (kendaraan) dewa. Candi Wahana berjumlah tiga
buah. Pada bangunan utama Candi Wahana ini berisi sebuah arca besar berupa
binatang tunggangan Siwa, yakni lembu Nandi, dan di lain Candi ada Arca Garuda.
Dua Candi Apit terletak di dekat pintu masuk bagian selatan dan utara.
Keduanya dikenal sebagai candi apit karena letaknya yang menghimpit candi
utama.
Di latar Halaman Kedua terdapat sekitar 224 candi kecil yang
ditata rapi ke dalam empat deratan bertingkat. Dari sisa-sisa puing runtuhannya
dapat diidentifikasi bahwa candi-candi ini adalah candi perwara. Semua memiliki
ukuran yang seragam yakni 6 x 6 x 14 meter, meskipun satu dengan lainnya tidak
sama persis baik konstrusi maupun dekorasinya.
Di latar Halaman
Ketiga tidak
ditemukan keberadaan pondasi candi. Diperkirakan di kawasan ini, khusus
disediakan sebagai akomodasi untuk para pedanda, pelayan candi serta para
peziarah. Dimana saat itu mereka membangun bangunan dari bahan-bahan sementara.
Mitos
dibalik Candi Prambanan
Asal usul nama Prambanan
berasal dari kata brahmana. Selanjutnya kata itu berubah pelafalannya menjadi
brambanan, kemudian menjadi Prambanan. Nama Prambanan adalah plesetan eufonis
(kombinasi kata yang enak didengar) atas kata Brambanaan, yang berarti tempat
tinggal para Brahmana.
Tempat tinggal
para Brahmana memberi kesan bahwa Prambanan adalah sebuah percandian Brahmana.
Hal ini kurang tepat karena disegi lain masih ada pengaruh Buddha di sana. Jika benar Prambanan adalah tempat tinggal
para Brahmana tentu ada pertanyaan, sekte Siwa manakah yang bertanggung jawab
atas pengelolaan kompleks percandian itu, mengingat adanya corak Tantrik yang
kejam dari beberapa penemuan arkeologis seperti sebuah kerangka manusia di
halaman utama, menyiratkan bahwa disana pernah ada persembahan kurban berupa manusia. Dari bukti
tersebut boleh jadi saat itu Percandian Prambanan dikelola oleh sekelompok sekte
bernama Kapalika yang telah lama punah.
Adalah Thomas
Raffles, penguasa Inggris yang berminat menggali repihan candi-candi di
Jawa. Dalam History of Java karangannya terdapat sketsa yang dibuat oleh J.
Mitan tentang runtuhan candi Siwa. Judul sketsa itu “candi induk di Jongrangan.”
Dari nama lokal itu lahirlah mitos populer di kalangan rakyat dengan Loro
Jonggrang sebagai tokoh utamanya, kurang lebih seperti berikut:
“Terdapatlah seorang putri bernama Lara Jonggrang, putri semata wayang
Raja Baka dari Kerajaan Medang Kemulan. Putri yang tersohor oleh kecantikannya
yang membuat banyak Pangeran ingin memperistrinya, tidak terkecuali Bandung
Bandawasa.
Sautu hari Bandung Bandawasa beritikat memperitri Rara Jonggrang,. Kemudian ia memohon kepada Ayahanda Rara Jonggrang untuk meminangnya. Bukannya mendapat restu malahan ada syarat
yang harus dipenuhinya, yaitu harus menang bertarung dengan ayahanda Rara
Jonggrang, Raja Baka.
Purnama perganti, adu kesaktianpun digelar. Namun tidak berlangsung lama mautpun tiba, Raja Baka dengan kesaktiannya akhirnya terbunuh, kalah berduel dengan Bandung
Bandawasa.
Lara Jonggrang yang sedang dirundung duka oleh karena ditinggal mati ayahandanya, akhirnya harus mau diperistri oleh Bandung Bandawasa. Namun dalam hati yang kalut itu, Rara Jonggrang sebenarnya tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya.
Lara Jonggrang yang sedang dirundung duka oleh karena ditinggal mati ayahandanya, akhirnya harus mau diperistri oleh Bandung Bandawasa. Namun dalam hati yang kalut itu, Rara Jonggrang sebenarnya tidak mau diperistri oleh pembunuh ayahnya.
Lalu sang putri mengajukan syarat, yakni ia baru mau dinikahi bilamana
Bandung Bandawasa mampu membuat seribu candi dalam waktu satu malam.
Tugas yang tampaknya mustahil ini, nyaris berhasil dituntaskan oleh
Bandung Bandawasa karena sebab ayahanda Bandung Bandawasa membantu dia dengan
mengirim sepasukan jin.
Rara Jonggrang panik, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya,
dayang-dayang Rara Jonggrang memberi nasihat agar memukul lesung penumbuk padi.
Lesung dipukul beramai-ramai. Ayam-ayam jago yang sedang terlelap tidur
terbangun ketika mendengar tumbukan alu yang tak henti-henti. Ayam-ayam jago
mulai berkokok besahut-sahutan.
Pasukan jin yang mendengar isyarat ayam jago itu akhirnya lari tunggang
langgang, dikira fajar mulai merekah.
Permintaan seribu candi itu tidak dapat berhasil diselesaikan oleh
Bandung Bandawasa. Melihat kecurangan sang putri, ia langsung naik pitam. Ia
mengutuk sang putri hingga berubah menjadi batu.
Namun berkat kemurahan Dewa Siwa, ia berubah menjadi sebuah arca putri cantik, Durga Mahesasuramardini.”
Arca Durga
banyak memikat perhatian penduduk sekitar. Sebagaimana dapat kita lihat dari
banyaknya rupa-rupa sesajen berupa dupa, beras, bunga, bahkan uang. Pesona daya pikat arca Loro Jonggrang ada pada bagian dada hingga pinggulnya yang berkilauan oleh karena elusan kasih sayang para pemujanya yang tak terhitung jumlahnya.
Penemu Candi Roro Jongrang
Siapa penemu Candi
Rara Jonggrang, tidak dapat dikisahkan dengan baik. Namun tidak ada calon yang
lebih kuat yang cocok disandingkan dengan Raffles, Letnan Gubernur di Jawa
selama masa peralihan Pemerintahan Inggris tahu 1811-1816. Raffles
begitu menaruh minat pada puing-puing
reruntuhan candi ini, dengan menyuruh dua pembantunya, C. Mackenzie dan G.
Baker, untuk mendokumentasikan candi Prambanan ini.
Selain Raffles kandidat
kuat kedua penemu candi ini adalah C.A. Lons, seorang pegawai Serikat Dagang
Hindia Belanda (VOC) pada tahun 1733 ketika berkunjung ke istana Sultan Jawa.
Dalam catatanya, ia pernah bertamasya ke reruntuhan puing Prambanan. Namun
apakah benar C.A. Lons inilah penemu Candi Utama Prambanan? Jika benar dia
adalah penemunya, mungkin akan mendapati kesulitan ketika repihan candi
berserakan dimana-mana dan tidak teridentifikasi, sebagaimana dikatakan oleh
Lons “kuil-kuil itu kelihatan lebih seperti gunung daripada candi.”
Raja Thailand Chulangkorn II dan Relief
Prambanan
Pada tahun 1896,
Raja Chulangkorn II dari Thailand mengunjungi Hindia Belanda. Kunjungan
kenegaraan tersebut diikuti dengan tamasya ke candi-candi termashur di Jawa.
Terpikat oleh kelokan relief dan arca, Chulangkorn II memohon kepada Groeneman
sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap situs purbakala Hindia Belanda
untuk membawa pulang ke negerinya beberapa relief Candi Prambanan.
Groeneman
menyetujui permintaan Chulangkorn II. Tidak kurang dari delapan pedati yang
diisi penuh dengan arca dan relief Prambanan dan Borobudur dibawa pulang ke
negeri Siam. Diantara arca itu adalah arca Buddha dari Borobudur dan dua seri relief
dari Candi Prambanan yang mengisahkan Rama dan Krishna.
Berkat
kegigihan P.V. van Stein Callenfels dan
G. Coedes, maka dua relief Rama dari Candi Brahma dan relief Krishna milik Candi
Wisnu dapat dipulangkan ke Hindia Belanda. Tetapi tidak dengan arca Buddha dari
Borobudur yang tidak kembali sebab telah menjadi objek peribadan bagi
orang-orang Thailand.
Pemugaran Candi Prambanan
Bukan Raja
Thailand saja yang jahil, mengambil batu untuk kepuasan pribadi. Orang Barat
dan Pribumi tidak kalah jail bahkan lebih sadis.
Jika Chulangkorn
II mengambil batu candi untuk fasilitas keagamaan dan dekorasi, berbeda dengan
orang Barat yang memakai batu candi sebagai dinding stasiun kereta api
Prambanan. Begitupula orang
pribumi yang memakai batu candi Prambanan sebagai pondasi rumah mereka. Itu
semua dapat terjadi karena ketidaktahuan mereka akan berharganya batu-batu
tersebut, terutama dari nilai sejarahnya.
Berasal dari
keprihatinan itu, F.D.K. Bosch yang baru saja menduduki direktur Oudheidkundige
Dienst, pada tahun 1918 mengutus arsitek P.K. Perquin mulai memperbaiki bagian
bawah Candi Siwa. Waktu itu konstruksi yang rentan roboh, sengaja dirobohkan
kemudian ditata ulang. Tidak hanya Candi Siwa, pemugaran juga dilakukan pada
delapan candi kelir da candi patok. Hanya dua candi kelir yang dibangun dari
fragmen asli, sedangkan sisanya campuran dengan bahan batu baru.
Pada tahun
1930an De Haan melanjutkan pemugaran Candi Prambanan. Kali ini fokus pemugaran
pada Candi Brahma. Dikala perekonomian Hindia Belanda lesu agaran pemugaran
candi dipotong.
Pengganti De Haan
adalah Van Romondt. Pada tahun 1937, dengan anggaran yang minim ia berusaha
merestorasi Candi Siwa dengan dana
khusus. Belum selesai dibenahi, Perang Dunia II berkecamuk. Rencana proyek Van Romondt itu akhirnya gagal.
Bilamana
dihitung dari awal tahun rencana pemugaran secara metodis, pemugaran candi
Induk baru berhasil dituntaskan pada tahun 1953 setelah Indonesia merdeka.
Upacara peresmian candi Siwa ini dihadiri oleh Soekarno, Presiden Pertama
Republik Indonesia.
Kemudian
menyusul pemugaran Candi Brahma dan Wisnu. Utamanya Candi Wisnu terakhir
berhasil didirikan kembali pada tahun 1991. Kedua Candi ini diresmikan langsung
oleh Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia.
Nah gais, kalian sudah gak kepo lagi kan dengan Candi Prambanan?
Post a Comment