Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Dinasti Syailendra

Hai Sahabat Story, pernahkah kalian dengar nama sebuah bagunan bernama Candi Borobudur? Yup, Candi Buddha terbesar di dunia itu lho. Tapi bernarkah kalau Wangsa Syailendra yang membangun Candi Borobudur itu beragama Hindu? Biar gak penasaran, yuk kita bahas bersama-sama.

Wangsa Syailendra
Sahabat Story, ada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Syailendra sebagai wangsa Raja-raja Mataram Kuno. Sebagaihalnya dalam prasasti Kalasan yang berangka tahun 700 Saka (778 M) tersebutlah bahwa Raja Panangkaran yang berasal dari wangsa Syailendra mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara (Agama Buddha).

Kemudian dari isi Prasasti Kelurak (782 M) menyebutkan bahwa Raja Indra menggunakan gelar keluarga Syailendra. Sedangkan Prasasti Karangtengah (824 M) menyebut Raja Samaratungga juga berasal dari wangsa Syailendra.

Asal muasal wangsa Syailendra dari India atau Jawa?
Dari prasasti tembaga yang ditemukan di Nalanda (dekat New Delhi), diketahui bahwa wangsa Syailendra ini asal mulanya dari India. Hal itu dapat dilihat dari isi prasasti tersebut yang mengatakan bahwa Raja Balaputeradewa dari Swarnadwipa (Pulau Sumatera), memohon kepada Raja Dewapaladewa dari India untuk mendirikan wihara di Nalanda. Perlu diketahui bahwa Raja Balaputradewa berasal dari keluarga Syailendra.

Berdasarkan data tersebut, beberapa sarjanan Belanda beranggapan bahwa Wangsa Syailendra berasal dari India. Pendapat itu dikuatkan oleh de Caparis dan F.D,K. Bosch. Terkait bagaimana wangsa Syailendra sampai ke Indonesia, tidak terlepas dari pusat jalur niaga internsional yakni Malaka. Dari Semenanjung Malaka, keluarga Syailendra hijrah dari India menuju ke Jawa.

Pendapat lain dikemukakan oleh Poerbatjaraka yang menyatakan bahwa wangsa Syailendra berasal dari Jawa Tengah, tepatnya di daerah Batang. Pernyataan ini tidak asal sebut sebab ditemukan bukti kuat yakni keberadaan batu bertulis (prasasti) Sojomerto. Prasasti yang beraksara Palawa Muda dan berbahasa Melayu Kuno ini diperkirakan dipahat pada abad ke-7. Isinya, menyebutkan bahwa Dapunta Syailendra memiliki ayah bernama Santanu, ibu bernama Bhadrawati dan istri bernama Sampula.

Wangsa Syailendra beragama Hindu
Dalam prasasti Sojomerto, Dapunta Syailendra beragama Hindu. Hal itu dikuatkan dengan panggilan namasiwaya, yang artinya adalah dewa Siwa.

Jika ditilik hampir semua raka (raja) dari wangsa Syailendra beragama Buddha. Patut dipertanyakan kenapa leluhur mereka yang Hindu melahirkan generasi Buddha?. Mudah jawabnya, karena saat itu kedua agama, baik Hindu dan Buddha datang secara bersamaan. Namun ada prasasti yang mendukung musebab pindah keyakinan itu, yaitu dari isi prasasti Sangkara. Dalam prasasti itu dikisahkan bahwa:
“Seorang raja bernama Sangkara mempunyai ayah yang sakit keras. Guru Sangkara tidak mau menolongnya sehngga sang ayah meninggal dunia. Karena kecewa, Sangkara keudian memeluk agama Buddha dengan memberi sedekah kepada bhiksusanggha.”

Sejak saat itu, keturunan Syailendra yang semula beragama Hindu pindah memeluk agama Buddha. Raja Sangkara menurut ahli diidentikkan dengan Rake Panangkaran. Pengganti Rake Panangkaran adalah Rake Pikatan yang memeluk agama lelehurnya kembali, yakni Hindu.

Nah, gimana gais... sudah gak penasaran lagi kan sama agama keluarga Syailendra yang bangun Candi Borobudur itu.

No comments

Powered by Blogger.