Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Candi Dieng dan Cikal Bakal Wangsa Penguasa Nusantara

Hai Sahabat Story, kalian sudah pernah main ke Dieng, belum? Betul... Dataran Tinggi Dieng terletak di tiga kabupaten, yakni: Wonosobo, Batang, dan Banjarnegara. Kalian pasti tau dong, kalau di dataran tinggi ini ada banyak sekali peninggalan awal Hindunisasi di Indonesia? Sebenernya, apa sih istimewanya. Kalau ingin tau, yuk sama-sama kita bahas tentang Candi Dieng.

Candi Dieng dalam Pegelaran Masa Sejarah
Melihat jajaran Candi Dieng, seakan kita dibawa pada lintasan waktu yang begitu panjang ke jaman dahulu, awal Hindunisasi di Indonesia. Kok bisa? Jadi ceritanya begini Sahabat Story. Dari catatan Peradaban Hindu di Jawa kita mengenal adanya wangsa-wangsa Jawa yang berasal dari sekitar Dieng, yaitu Sanjaya dan Syailendra. Sebelum mereka mampu membangun Candi Prambanan dan Borobudur yang megah dan sederat candi-candi kecil yang tersebar di Jawa. Maka ada candi tua yang mengawali berdirinya candi-candi itu. Candi yang dimaksud adalah Candi Dieng. 

Candi Dieng
Jajaran Candi Dieng diidentifiasi sebagai candi-candi paling awal yang dibangun di Jawa. Terbukti dari arsitektur yang dipakainya, masih memiliki pengaruh gaya Gupta dan Calukya (India Selatan). Pertanyaan yang mendasar, bagaimana mungkin orang India pergi jauh dari negerinya kemudian bermukim di pedalaman Jawa? Pertanyaan itu dapat dengan mudah dijawab dengan posisi strategis Jawa dalam peta dan konstelasi historis Nusantara yaitu sebagai pusat politik dan penyedia komoditas dagang internasional. Lalu bagaimana Brahmana bermukim di Dieng?. Pertanyaan ini dijawab dengan menghubungkan konsepsi “gunung suci” sehubungan dengan migrasi orang-orang Brahmana dari India pada masa awal masehi yang memilih dataran tinggi Dieng sebagai prototipe Gunung Himalaya, tempat bernaung para Dewa Hindu.

Wangsa Penguasa dari Dieng
Jika kita buka sejarah para pemimpin Indonesia, maka akan keluarlah darah keturunan Sanjaya-Syailendra. Hal ini tidak mustahil sebab dari Keluarga Sanjaya-Syailendra ini cikal bakal wangsa Dinaya tumbuh di Jawa Timur dan berturut-turut melahirkan Kerajaan Jenggala, Panjalu, Singosari, hingga Majapahit. Kemudian ketika masa keemasan Hindu berakhir muncul darah Syailendra di Demak, Pajang, Cirebon dan Mataram Islam. Belum lagi sempalan keluarga Syailendra yang bertahta di Sriwijaya yang turut menyebarluaskan darah turunan Sanjya-Syailendra ke Penjuru Nusantara.

Munculnya wangsa-wangsa penguasa Jawa, tidak terlepas dari kepentingan akan perluasan wilayah, ekonomi, sosial dan politik yang sejalan dengan tantangan perubahan zaman. Cikal bakal Mataram yang berada di Dataran Tinggi Dieng  terlacak hingga daerah-daerah sekitarnya. Dimulai dari pemindahan pusat kerajaan dari Dieng ke Kedu, kemudian ke lembah Gunung Ungaran, dan terakhir serta utamanya adalah wilayah Magelang-Yogyakarta sebelum prahara letusan Gunung Merapi.

Fungsi Candi Dieng
Dieng sebagai kota suci tidak terlepas dari cerita “mistis” boyong-nya Sang Hyang Jagadnata –orang-orang Syiwa- dari India ke Tanah Jawa. Dalam migrasi itu turut disertakan pindahnya Kahyangan para dewa dar Gunung Meru di Jambudwipa (India) ke Tanah Jawa.

Dalam tradisi teologi Hindu-Buddha, tujuan beragama adalah menemukan kesempurnaan hidup. Konsep Vastupurasamandala menjadkan candi tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi ruang kraton dan selanjutnya berkembang menjadi kota.

Nah, gimana gais... sudah terjawab kan keistimewaan candi Dieng? Yup, ternyata penguasa-penguasa Nusantara dahulu jika kita telusuri muasal darah dan silsilahnya, mereka berasal dari Dieng, yakni dari darah Keluarga Sanjaya-Syailendra.

No comments

Powered by Blogger.