Peristiwa Rapat Raksasa Ikada
Sejak
dibentuknya Kabinet Presidensil, hingga pertengahan September belum ada
tanda-tanda Kabinet bekerda dan berusaha menyingkirkan halangan-halangan dari
Tentara Jepang. Melihat keadaan itu, para pemuda yang hilang kesabarannya
melihat angkatan ‘tua’ yang ragu-ragu
menghadapi Jepang merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada.
Rapat
raksasa di Lapangan Ikada digelar pada tanggal 19 Sepetember 1945. Tujuan
diselenggarakannya rapat itu adalah menyampaikan penjelasan kepada rakyat
mengenai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebenarnya pihak penguasa
Jepang sudah melarang sejak sehari sebelumnya, begitupula Sukarno meminta agar
para pemuda pelajar dan mahasiswa membatalkan rapat raksasa Ikada, tetapi para
pemuda menegaskan tekad mereka untuk tetap meneruskan rapat itu dan KNI tetap
melangsungkannya sesuai rencana.
Pamflet-pamflet
larangan dipasang, tetapi kebanyakan para pemuda tidak tahu adanya larangan itu.
Mereka terus menggerakan massa dari dalam dan luar Jakarta. Mereka turun ke
kota mengajak seluruh rakyat membanjiri lapangan Ikada yang jumlahanya kala itu
hingga puluhan ribu orang. Berhadap-hadapan dengan tentara Jepang, rakyat yang
telah dilucuti senjatanya tetap melangsungkan rapat.
Suasana
di lapangan Ikada mulai riuh, rakyat
menunggu hingga siang tetapi pemimpin mereka belum kunjung datang. Ahmad
Subarjo yang saat itu menjabat menteri luar negeri diminta menghubungi Bung
Karno dan Hatta agar keduanya bersedia menghadiri rapat umum di Ikada. Saling
debat antara menghadiri dan menolak undangan di Ikada-pun pecah di sidang
Kabinet. Bung Karno, Hatta dan menteri-menterinya semua khawatir bila rapat
raksasa tetap dilaksanakan, pertumpahan darah akan tidak terelakka. Ribuan
rakyat akan begelimpangan luka parah menjadi korban senapan mesin serdadu
Jepang yang mengelililngi Ikada. Akhirnya Bung Karno beserta rombongan pun
menghadiri rakyat. Mereka tiba di Ikada pada pukul 15.00. Ketika Bung Karno berjalan
menuju podium, tiba-tiba seorang Kempetai mencoba menahan agar Sukarno enggan
melakukannya. Tetapi Bung Karno mendesak agar sebaiknya jangan dicegah.
Di
dalam kerumunan rakyatnya, Bung Karno hanya menyampaikan sedikit pidato.
Kemudian para pemuda yang mengunjungi
rapat itu diinnstruksikan pulang karena adanya tekanan dari Jepang. Tetapi terdapat
makna dari terselenggaranya rapat Ikada bagi bangsa Indonesia saat itu yaitu mulai
mempunyai harga diri sebagai manusia merdeka yang telah memiliki negara
sendiri. Kemudian ditinjau dari segi politis, Rapat Raksasa Ikada merupakan
strategi politik untuk membuka mata dunia bahwa kemerdekaan Indonesia yang baru
berusia satu bulan itu mendapat dukungan dari rakyat Indonesia.
Post a Comment