Sebuah Gambaran Partisipasi Warga dalam Pembangunan Desa (Desa Tegalrejo, Kecamatan Tengaran)
Sejak tahun 1998
Pemerintah telah melaksanakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program ini
dilaksanakan dengan mengusung dua isu penting, yaitu penanggulangan kemiskinan
dan pengembangan sistem pembangunan partisipatif.
Isu penanggulangan
kemiskinan dipengaruhi oleh kenyataan bahwa jumlah penduduk indonesia mayoritas
masih berada di bawah kemiskinan. Sedangkan pengembangan sistem partisipatif,
dipengaruhi oleh adanya kenyataan bahwa banyak usulan masyarakat desa yang disampaikan
melalui forum musyawarah pembangunan tidak diperhatikan secara baik oleh
pemerintah daerah, maupun
pusat.
pusat.
Masalah kemiskinan
dan partisipasi pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling berhubungan
satu dengan lainnya. Pemerintah yakin bahwa sistem pembangunan teknokratis mampu membawa masyarakat menuju tingkat
kesejahteraan yang lebih baik.
Sebuah gambaran desa
dimana masyarakatnya berpartisipasi dalam pembangunan desa adalah Desa
Tegalrejo, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, khususnya RW 03. Setiap
tahun Desa ini selalu berbenah. Program pembangunan desa pada tahun 2014 yang
baru saja selesai adalah pengaspalan jalan desa RW 03 sepanjang 500 meter. Dana
pengaspalan dan drynase sebagian besar diperoleh dari PNPM sebanyak Rp. 105.000.000
dan swadana dari masyarakat sebanyak Rp. 4000.000. Dampak dari pembangunan itu
adalah jalan yang dahulu berlubang, sekarang ini sudah mulus. Agar jalan tidak
cepat rusak, saluran drynase juga dibenahi dengan cara memperdalam selokan dan
memperkeras dinding-dindingnya dengan beton. Pohon-pohon yang tumbuh di tepi
jalan dipangkas ranting dan dahannya agar saat musim penghujan datang, air yang
mengalir dari pohon tidak menetes deras ke jalan. Tetesan air dari pohon dapat
menggerus aspal dan mengakibatkan jalan mudah rusak. Tentu saja apabila jalan rusak
kenyamanan warga dalam beraktifitas terutama berkendara akan terganggu.
Pembangunan fisik RW
03 tahap kedua tahun 2014 adalah membangun serambi musola Hidayatullah. Serambi
musola sengaja diperluas karena musola sudah tidak mampu menampung membludaknya
jamaah. Disaat adzan Dhuhur berkumandang, musola ini dipenuhi pelajar dari SD Tegalrejo
I dan warga untuk menjalankan sholat. Saat Ramadhan tiba, musola ini juga disesaki
jamaah sehingga ada warga yang tidak mendapat tempat sholat, meskipun begitu mereka tetap mengikuti taraweh
di luar musola dengan menggelar tikar. Atas dasar itulah serambi musola
diperluas.
Satu bagian penting
dari sebuah rumah ibadah “musola” adalah tempat wudhu. Untuk memenuhinya, warga
desa tanpa ada unsur paksaan merelakan tanah dan hartanya untuk pembangunan
tempat wudhu. Untuk lahan wakaf, Bpk. Sukamto Syaiful Hadi sudah lama
mengalokasikannya. Demikian pula dengan proses pengerjaan fisik, walaupun dana
yang dikucurkan oleh PNPM sudah habis untuk mengaspal jalan, namun karena
keinginan yang cukup tinggi, masyarakat rela mengeluarkan dana swadaya untuk
membangun tempat wudhu. Perluasan serambi musola dan tempat wudhu
menghabiskan total dana Rp. 18.000.000.
Dari hasil evaluasi
ternyata masyarakat mampu melakukan pekerjaan yang membanggakan dengan bukti:
- Lebih hemat biaya.
- Kualitas bangunan lebih bagus karena untuk kepentingan bersama.
- Tingkat penyelewengan dana dapat diminimalis.
Terkadang dalam
program pembangunan di desa, orang hanya fokus pada pembangunan fisik semata
seperti jalan, MCK, bak air dan sebagainya. Padahal pembangunan non fisik
seperti meningkatkan SDM tidak kalah pentingnya. Pembangunan SDM di Desa
Tegalrejo salah satunya digerakan oleh Organisasi Wanita Tani, yaitu sebuah
Organisasi Kewanitaan yang bergerak dibidang ketahanan pangan dan kesejahteraan
petani desa. Pada tahun 2013, program Wanita Tani yang sudah berjalan dengan
baik adalah penanaman tanaman jamu, memproduksi jamu dan pemasaran olahan jamu.
Bahan baku jamu didapat dari ladang anggotanya. Bibit jamu seperti temulawak
diperoleh dari bantuan kecamatan Tengaran. Setelah panen, temulawak tadi diolah
menjadi jamu bubuk di rumah Ibu Sudarmi. Alat untuk mengolah jamu seperti
spiner juga diperoleh dari bantuan pemerintah Kecamatan Tengaran. Hasil olahan
jamu kemudian dipasarkan oleh Koperasi Desa.
Mengulang kesuksesan
tahun 2013, pada tahun ini program baru Wanita Tani adalah melatih anggotanya
untuk membuat Kawasan Rumah Pangan (diambil dari istilah yang diperkenalkan
staff operasional Kodim Salatiga). Seiring bertambahnya penduduk dan alih
fungsi lahan pertanian, maka berbagai upaya tetap dilakukan demi ketahanan
pangan. Pertumbuhan bangunan yang tiap tahun kuantitasnya semakin meningkat
harus diimbangi dengan pemanfaatan sisa lahan sebaik mungkin untuk kedaulatan
pangan dan kesejahteraan masyarakat. Sisa lahan yang ada di sekitar rumah
sebenarnya dapat ditanami dengan beraneka ragam sayur dan buah buahan. Dengan
memanfaatkan barang bekas sebagai media tanam dan pupuk alami, sayuran dapat
tumbuh dengan baik yang penting tanaman tersebut mendapat sinar matahari cukup.
Tanaman yang mudah
ditanam di Desa ini adalah sayur sayuran seperti: sawi, terong, dan pare. Warga
sudah memanfaatkan plastik limbah, bekas karung beras dan ember yang sudah
tidak digunakan sebagai pot. Untuk bibit tanaman, mereka memperolehnya dari
pemerintah, namun sebagian ada juga yang dibeli dari toko bibit tanaman di
pasar Ampel. Sedangkan untuk pupuk, mereka memanfaatkan pupuk kompos yang
berasal dari pembusukan dedauan dan pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ternak warga. Hasil yang didapat tentu saja akan bermanfaat, setidaknya untuk
memenuhi kedaulatan pangan keluarga. Pada intinya, program kawasan rumah pangan
ini tujuannya untuk memanfaatkan sebaik-baiknya lahan tidur agar tercipta
kemandirian pangan dengan memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
“Mengajak warga desa dalam pembangunan tidaklah sulit yang terpenting
programnya jelas.”
Ditulis berdasarkan pengamatan
dan pengalaman pribadi selama hidup di Desa Tegalrejo dan dipadukan dengan
berbagai sumber seperti:
Jurnal Terpadu. Vol
7. Tahun II/2010. Kemendagri.
Majalah Hati
Beriman. Edisi V/ 2013. Pemkot Salatiga.
Post a Comment