Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Homo sapiens Pertama di Dunia itu Bernama Adam : Membantah Teori Evolusi Darwin, Siapa dahulu Nabi Adam atau Manusia Purba?

Makhluk-makhluk sejaman dengan Adam punah akibat amukan alam. Letusan Gunung Toba di Pulau Sumatra menjadi penyebabnya, sekitar 74.000 tahun yang lalu.  "Volcanic Winter" meluas menutupi atmosfir bumi, menyebabkan musim dingin ekstrem selama 1.000 tahun lamanya.

Perbandingan wajah  Homo neanderthal (kiri) dengan Manusia Modern (kanan)

Seperti diketahui, bahwa 7 juta tahun yang lalu, bumi mulai dihuni oleh makhluk-makhluk yang serupa dengan manusia. Mereka mampu berjalan dengan kedua kakinya. Sisa-sisa kehidupan mereka dapat ditelusuri dari fosil mereka yang ditemukan ilmuan, tersebar di seluruh penjuru dunia.

Maka timbullah pertanyaan-pertanyaan, apakah Meganthropus palaeojavanicus, Homo erectus, adalah nenek moyang kita? Bila benar, berarti Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa adalah salah satu di antara makhluk di atas dan boleh jadi nabi Adam adalah makhluk Australopithecus afarensis yang telah berevolusi sejak jutaan tahun lalu.

Ilmu pengetahuan menyebut manusia seperti kita sebagai Homo sapiens artinya manusia bijaksana atau manusia berpengetahuan, sementara kita secara sains masih digolongkan sebagai bipedal primates dalam famili Hominidae berdasarkan teori evolusi Darwin.

Data ilmu pengetahuan di atas telah diperkuat dengan ditemukannya DNA (Deoxyribonucleic acid), sebuah informasi genetik yang terdapat dalam inti sel (nukleus) manusia.

Manusia mempunyai otak yang berkembang sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk dapat berbicara, introspeksi, mencari jalan keluar dari masalah, serta berimajinasi. Kemampuan berpikir ini, dikombinasikan dengan tangannya yang dapat membentuk suatu benda serta mampu menggunakan alat-alat dibandingkan dengan spesies lainnya.

Manusia modern diperkirakan mulai ada di bumi sekitar 150.000-120.000 tahun lalu. Fosil paling tua ditemukan di Afrika Timur. Spesies ini masuk ke jenis Homo sapiens sapiens. 

Pada saat generasi ke-7.000, manusia modern  meninggalkan Benua Afrika untuk menjelajah seluruh muka bumi, makhluk-makhluk yang menyerupai manusia modern, punah. Berdasarkan penelitian, kepunahan tersebut disebabkan oleh virus influenza. Mereka tidak mampu bertahan hidup karena DNA mereka rentan terhadap virus ini. Influenza yang mewabah saat itu disebabkan oleh adanya perubahan iklim bumi yang mendingin sangat drastis. Dalam kurun waktu yang singkat, sinar matahari terhalang masuk ke atmosfir Bumi akibat letusan dasyat Gunung Api Toba di Pulau Sumatera.
Daftar sepuluh letusan Gunung Api super dasyat dari 2.000.000 tahun yang lalu hingga kini. Gunung Api Purba Toba menempati urutan teratas.

 Namun karena Adam memilik antibodi yang kuat melawan serangan virus influenza maka ia dan keturunanya dapat selamat dari iklim dingin yang menyelimuti bumi selama 1.000 tahun pasca Gunung Toba meletus.

Bagi ilmu paleontologi, banyak tulang belulang Homo erectus dan Homo neanderthal yang terawetkan secara sempurna menjadi fosil adalah anugerah sendiri. Dengan adanya aktivitas vulkanik tersebut, sekarang umat manusia dapat mempelajarinya dengan saksama perbedaan antar spesies. 

Tetapi masih ada satu pertanyaan mendasar, apa benar manusia modern adalah turunan dari persilangan Homo sapiens dengan Australophitecus aferensis (hadir 3,5 juta tahun lalu), Paranthropus boisei, Homo habilis (2 juta tahun lalu), Homo ergaster (1,5 juta tahun lalu), Homo erectus, Homo heidelbergensis (500-140 ribu tahun lalu), atau Homo neanderthal (400-30 ribu tahun lalu)?

Jawabannya adalah BUKAN! Manusia adalah murni Homo sapiens. Bukan turunan Homo erectus, apalagi simpanse.

Analisis genetik yang dipublikasikan dalam New Scientist telah mengungkapkan bahwa ada 75% kesamaan antara DNA cacing nematoda dan manusia. Ini jelas sekali tidak berarti bahwa antara cacing dan manusia memiliki 25% perbedaan. Padahal menurut rantai silsilah yang dibuat oleh para evolusionis, filum Chordata (manusia), dan filum Nematoda (cacing) telah berbeda satu sama lain, bahkan sejak 530 juga tahun yang lalu.

Contoh lain yang digunakan oleh para evolusionis adalah kesamaan genetis antara manusia dan kera. Terdapatnya 48 persamaan kromosom pada simpanse dan  46 persamaan kromosom pada gorila. Para evolusionis memandang kedekatan jumlah kromosom sebagai indikasi dari hubungan evolusioner. Namun, jika logika yang dipakai ini sahih, maka manusia akan mempunyai kerabat dari tumbuhan yang notabenenya berbeda jauh, yakni "kentang", karena jumlah kromosom yang sama dengan manusia sebanyak 46 kromosom.

Dari contoh diatas menegaskan bahwa konsep kesamaan genetis tidak dapat dijadikan sebagai bukti bagi teori evolusi. Hal itu karena kesamaan genetik pada lain spesies tidak sejalan dengan skema evolusioner rekaan, dan sebaliknya, malah memberikan hasil yang berlawanan.

Dalam ilmu biologi, urutan gen manusia modern (Homo sapiens sapiens) dengan simpanse, terdapat kesamaan hingga 98,7%, sementara Homo sapiens dengan Homo neanderthal jauh lebih dekat, hingga 99,5%. Bukti penelitian terbaru Tes Genetika (DNA) dari sample tulang tangan Neanderthal memperlihatkan bahwa mahkluk ini bukanlah manusia modern, apalagi simpanse. 

Seandainya terjadi perkawinan antar jenis, tentu sains akan mudah menemukan manusia transisi dengan separuh Homo neanderthal dan sisanya lagi Homo sapiens mengingat keduanya memiliki perbedaan DNA. Tapi faktanya, tidak satupun temuan di dunia ini yang mengindikasi adanya manusia hybrid ini. Hal itu tentu semakin menguatkan ide bahwa neanderthal punah tanpa ada perkawinan dengan manusia modern (Homo sapiens sapiens) sebelumnya.

Sebaliknya, melalui seluruh upaya evolusionis, diperoleh bukti bahwa proses evolusi tidak pernah terjadi di bumi ini.  Sedangkan ras Nabi Adam a.s. atau manusia modern saat ini ada di bumi bukan karena hasil evolusi dari makhluk serupa yang telah hadir sebelumnya.

Adanya evolusi yang dikenal selama ini ternyata hanya dimungkinkan terjadi dalam spesies itu sendiri, yaitu karena pengaruh faktor eksternal, seperti temperatur, tekanan intensitas sinar matahari (kandungan ultraviolet), dan sebagainya sehingga postur tubuh, warna kulit, dan lainnya menjadi berbeda satu sama lain, tetapi tetap dalam satu spesies.

Sumber: Haryo Sudarmojo, Agus. 2013. Benarkah Adam Manusia Pertama?Interpretasi Baru Ras Adam Menurut Al-Quran dan Sains. Yogyakarta : Mizan.
















No comments

Powered by Blogger.