Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Pembagian Kementrian dalam Kabinet I


Pada tanggal 19 Agustus 1945, setelah pembagian wilayah Indonesia, sidang dilanjutkan mendengarkan laporan dari Ahmad Subardjo mengenai pembagian departemen atau kementrian. Dalam laporannya disepakati NKRI terbagi menjadi 12 departemen, tetapi kabinet yang dipimpin oleh Presiden Sukarno  baru terbentuk pada 2 September 1945 dengan nama kabinet presidensil.
-          Kementrian Dalam Negeri      : R.A.A. Wiranata Kusumah
-          Kementrian Luar Negeri         : Mr. Ahmad Subarjo
-          Kementrian Kehakiman          : Prof. Mr. Supomo
-          Kementrian Keuangan            : Mr. A.A. Maramis
-          Kementrian Kemakmuran       : Ir. Surakhmad Cokroadisuryo
-          Kementrian Kesehatan            : Dr. Buntaran Martoatmojo
-          Kementrian Pengajaran           : Ki Hajar Dewantara
-          Kementrian Sosial                   : Mr. Iwa Kusumasumantri
-          Kementrian Pertahanan           : Supriyadi
-          Kementrian Penerangan          : Mr. Amir Syarifuddin
-          Kementrian Perhubungan       : Abikusno Cokrosuyoso
-          Kementrian Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosuyoso
Dalam kabinet presidensil terjadi politik identitas dimana saat itu pemimpin dari kelompok Islam seperti NU dan Muhammadiyah tidak banyak dimasukan. Seperti pemilihan menteri pendidikan, bukan dari golongan Muhammadiyah yang dimasukan melainkan dari Taman Siswa, yakni Ki Hajar Dewantara yang notabenenya organisasi Taman Siswa melarang guru-gurunya berpolitik aktif pada masa pergerakan nasional. Kemudian untuk posisi gubernur kebanyakan diduduki oleh orang-orang dari Parindra.
Usia kabinet presidensil berlangsung beberapa bulan saja, terhitung dari bulan Agustus 1945 sampai November 1945. Kemudian diganti menjadi kabinet parlementer yang pertama yang dipimpin oleh Syahrir pada tanggal 14 November 1945. Baik kabinet presidensial maupun parlementer aspirasi politik Islam dalam kepemerintahan tercegat yang merefleksikan politik identitas sehingga mengingatkan pada pengalaman pedih di jaman kolonial dimana secara politik Islam tersisihkan.

No comments

Powered by Blogger.