Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Sejarah Pendidikan Indonesia


A. Pendidikan Pada Masa Hindu dan Buddha
Pendidikan merupakan suatu cara memberi pertolongan kepada anak supaya dapat berdiri sendiri dalam memenuhi tugas hidupnya. Kegitan harus sungguh-sungguh dan terarah dengan menggunakan atiran-aturan. Pokok aturan yang telah dibuat harus disepakati dan dipatuhi.

1. Pendidikan Masa Buddha di Indonesia
Sumber mengenai perkembangan pendidikan masa Buddha di Indonesia hanya diperoleh dari sumber Cina sekitar abad ke-7. I tsing dan Hwui Ning dari Cina bersama dengan pujangga dari Indonesia bernama Janabdra, menerjemakan sebuah tulisan yang berbahasa Sanskerta kedalam bahasa Cina. Selain itu mereka juga menceritakan mengenai sekolah di Jawa dan Sumatera dengan menggunakan bahasa Sanskerta.

Pada waktu itu, Jawa merupakan pusat theologi Buddha telah banyak memiliki guru besar. Salah satunya bernama Janabadra yang dikatakan sebagai pujangga sastera, bahasa dan juru tafsir dari kitab-kitab Buddha (Tripitaka).


Disebutkan pula bahwa di Sumatera terdapat sebuah kerajaan Sriwijaya yang terletak di Palembang tepi Sungai Musi. Disana banyak orang belajar mengenai gramatika bahasa Sankerta selama 6 bulan. Orang-orang Cina datang ke Sriwijaya untuk menerjemahkan kitab-kitab Buddha. Pendidikan Buddha yang diperoleh di Sriwijaya merupakan Buddha Mahayana dan Hinayana. Seorang guru yang terkenal dengan reputasi internasional adalah Sakyakirti. Selain itu adapula mahaguru yang diminta mengajar di Universitas Nalanda di Benggala (India Utara) bernama Dharmapala.

2. Pendidikan Masa Hindu
Hinduisme yang masuk ke Indonesia adalah Syiwaisme. Ajaran ini berbeda dengan Buddha. Agama Hindu dikenal dengan sitem kasta. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya dilakukan oleh kaum Brahmana. Ilmu yang diajrakn berupa: theologia, sastra, bahasa, ilmu kemasyarakatan, ilmu perbintangan, ilmu pasti dan perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa, birokrasi dan hukum. Tempat pengajarannya di candi-candi atau padepokan karena jumlah murid tidak sebanyak penganut ajaran Buddha.

B. Pendidikan Pada Masa Islam
Islamisasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pendidikan Islam. Pendidikan Islam tergantung dari pengaruh Islam di suatu tempat dan pembawaannya. Pesantren sebagai pusat pendidikan pada umumnya terdapat di luar kota sebagai pusat pendidikan tradisional untuk masyarakat pedesaan. Biasanya dipimpin oleh Kyai. Kyai mempunyai pengetahuan yang dalam tentang agama Islam dan kekuatan magis serta ilmu kekebalan. Apabila ia telah melakukan hijrah ke Mekkah ia akan mendapat sebutan “haji”.

Pengajaran di pesantren meliputi mata pelajaran keagamaan, moral, mistik, dan hukum. Belajar bahasa Arab dan bahasa religius Islam merupakan kewajiban bagi para santri. Pendidikan dipesantren yang metode pembelajarannya sangat tradisional lama pedidikannya sekitar 6-7 tahun. Jenjang pendidikan meliputi: pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Untuk evaluasi tidak ada ujian tertulis atau resmi untuk santri. Seorang santri yang tidak mampu mengikuti pelajaram, akan tetap berada di tingkat rendah sampai ia harus meninggalkan pesantren untuk pindah ke pesantren lain sesuai dengan bidanganya.

Apabila seorang anak dapat membaca seluruh Al Quran maka anak tersebut dinyatakan telah katam, biasanya orang tua dari anak tersebut mengundang masyarakat untuk merayakan “kataman”. Setelah lulus (katamm) anak tersebut pulang ke daerah asalnya dan mendirikan pondok pesantren. Seagai contoh, tahun 1899, Hasyim Ash’hari mendirikan pesantren Tebu Ireng, kemudian pada 1926 ia mendirikan Nahdatul Ulama yang dikatakan sebagai Islam tradisional atau Islam Orthodoks.

Pada tahun 1920, terjadi pembaharuan dalam pendidikan Islam oleh Muhammadiyah. Fokus pendidikan Islam bukan hanya theologi saja, melainkan berkembang dengan menambahkan mata pelajaran matematika, geografi, sejarah nasional, bahasa Belanda, bahasa Melayu, menulis Arab, menulis latin. Sekolahan sudah didirikan di bangunan khusus bernama madrasah. Siswanya sudah duduk di kursi. Kegiatan belajar mengajar diadakan pada siang hari. Sistem kelas berdasarkan dengan prestasi siswa, dan setelah siswa lulus diberi ijazah atau sertifikat.

C. Pendidikan Masa Kedatangan Bangsa Eropa
Pendidikan masa VOC dipengaruhi oleh tujuan politik pemerintah yaitu dengan perkembangan ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan masuknya bangsa Belanda di Indonesia yakni untuk perdagangan. Bangsa Portugis datang di Indonesia Timur tidak banyak mengembangkan pendidikan. Pendidikan justru didirikan oleh kaum Missionaris dari Ordo Yesuit dibawah pimpinan Franciscus Xaverius dengan tujuan menyebarkan agama.

Tahun 1607 di Ambon, VOC mendirikan sekolah untuk anak-anak. Pada tahun 1932 jumlah sekolah meningkat menjadi 15, dan bertambah menjadi 33 buah pada 1632. Sekolah-sekolah tersebut didirikan untuk menyelenggaraan agama Khatolik dan Protestan Calvins. Mata pelajaran yang diberikan meliputi agama, bahasa Belanda, berhitung, membaca, dan menulis.

Di Jakarta pada 1630, pemerintah membuka sekolah untuk anak Belanda dan Jawa. Jumlah sekolah hingga tahun 1936 ada 3 buah. Kurikulum yang digunakan sesuai dengan instruksi dari De Heeren Seventeen yang menginstruksikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk memperluas ajran Kristen dan mendirikan sekolah. Guru mendapat tugas untuk memupuk rasa takut pada Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen. Mata pelajaran yang diberikan meliputi katekismus, agama, membaca, menulis, dan bernyanyi. Lama belajar tidak ditentukan. Bagi murid pria dibatasi maksimal 16 tahun dan perempuan 12 tahun. Guru yang mengajar di Hindia Belanda di angkat oleh gereja Reformasi di Amsterdam. Sebelum diberangkatkan ke Indonesia, mereka diuji kemampuannya dalam mengajar.

D. PENDIDIKAN PADA MASA HINDIA BELANDA 1800-1892


Sekolah Umum 1849
Sekolah ini didirikan dengan maksud untuk memenuhi kepegawaian pemerintah dan misi agama.
a. Kurikulum:
· Kelas Rendah
Membaca, menulis, berhitung (Akuntansi), bahasa yang digunakan bahasa daerah.
· Kelas Menengah
Geometri, geografi, berhitung (pecahan desimal)
· Kelas Tinggi
Ilmu pengetahuan alam (Fisika, botani, biologi, pertanian/kadaster), etnologi, menggambar.

b. Pengajar
· Guru lulusan Sekolah Guru (Kweekschool)
· Guru tanpa melalui sekolah guru tetapi lulus ujian sekolah guru
· Calon guru melalui ujian guru bantu
· Guru magang atau kweekeling
· Guru darurat.

c. Fasilitas
· Gedung: kecil, kurang penerangan, lembab. Kadang juga menggunakan pendapa.
· Kursi, bangku, papan tulis, meja. Kadang menggunakan meja rendah, sedang siswa duduk dilantai.
· Peralatan dan buku disediakan oleh sekolah (Departemen Alat Pengajaran) Semua dikarang oleh Belanda seperti:  Kitab eja dan baca, kitab cerita (1001 malam, fabel Yunani yang berisi ajaran moral)

d. Penerimaan Murid dan Jumlah Murid
· Dtentukan dengan tujuan sekolah. Semula di Jawa dibuka utuk mendidik calon pegawai pemerintahan, hanya anak laki-laki yang diterima dan anak priyayi menjadi prioritas utama. Akhir abad XIX mulai menerima murid perempuan. Berbeda dengan luar Jawa, di luar Jawa difokuskan pada penyebaran agama Kristen sehingga jumlah murid laki-laki seimbang jumlahnya tanpa ada diskriminasi gender.

Sekolah Guru (Kweekschool)
Sekolah guru pertamakali dibuka tahun 1852 di Solo, syarat masuk Sekolah ini siswa berusia 14-17 tahun.
a. Kurikulum 1871 meliputi:
Bahasa daerah, berhitung, geometri dasar, geografi Indonesia, Belanda dan dunia, sejarah, IPA, menggambar, Pedagogik, menulis huruf Latin dan Jawa, bernyanyi, dah bahasa Melayu. 

b. Pengajar
Terdiri dari:
- Dua orang Belanda (1 orang sebagai Kepala Sekolah)
- Satu guru bantu orang Indonesia berijasah ELS
- Guru-guru bahasa Melayu dan bahasa daerah

c. Murid
Pada awalnya, pemerintah kesulitan untuk mendapatkan murid karena anak priyayi enggan jadi guru. Untuk menarik murid, pemerintah menaikan gaji guru dan mengijinkan mengenakan lambang-lambang kehormatan.

d. Biaya pendidikan 
Siswa tidak dipungut biaya pendidikan, mereka bahkan mendapat uang saku.

e. Lama pendidikan
Lama pendidikan enam tahun. Siswa yang tidak lulus dapat diangkat menjadi guru dengan gaji f.20/ bulan dan siswa lulusan guru f.40/bulan.

Sekolah Kelas Satu
Sekolah Kelas Satu dibuka tahun 1894 di Jawa dan di luar Jawa tahun 1909. Mulanya didirikan untuk kaum ningrat, tetapi karena kurang diminati, golongan rendah dapat masuk. Tahun 1912, Sekolah ini berubah nama menjadi HIS- Sekolah Rendah Berbahasa Belanda untuk Anak Indonesia.

a. Kurikulum meliputi:
Membaca dan menulis bahasa daerah dalam huruf daerah, melayu dan latin, berhitung, geodesi, geografi Indonesia, sejarah, IPA, menggambar.
- Kelas 1 dan 2, lama pelajaran per minggu 18 jam dengan bahasa daerah dan bahasa latin untuk kelas 2
- Kelas 3-5, lama pelajaran 27 jam perminggu. Kelas 4 belajar bahasa Melayu.
- Tahun 1907, mulai kelas 3 diajarkan bahasa Belanda

b. Pengajar
Terdiri dari:
- Kepala sekolah lulusan Sekolah Guru, Diploma bahasa Belanda.
- Guru-guru lulusan dari Sekolah Guru
- Guru-guru bahasa Melayu dan bahasa daerah
- Setelah tahun 1900, guru bukan hanya dari lulusan Sekolah Guru tetapi melalui kursus-kursus mendidik guru untuk kelas satu dan dua. Kursus-kursus mendidik ini melahirkan guru bantu.

Sekolah Kelas Dua
Sekolah Kelas Dua dibuka tahun 1892 untuk pendidikan seluruh rakyat. Sekolah ini kemudian terpecah mejadi Sekolah Desa untuk kelas 1, 2, dan 3 serta sekolah sambungan untuk kelas 4 dan 5.

a. Kurikulum meliputi:
Membaca dan menulis bahasa daerah dalam huruf daerah, melayudan berhitung.
- Lama pendidikan tiga tahun.

c. Murid
- Usia 6-17 tahun (6-9, 10-13, 14-17)

d. Fasilitas
- Murid Kristen menggunakan ruangan besar di gereja. Satu ruangan dibagi beberapa kelas.
- Sekolah diibangun oleh penduduk.
- Rumah sewaan, tangsi militer, dan benteng tua.
- Sekolah dibangun oleh pemerintah.
Sekolah Desa (Volkschool)

a. Kurikulum meliputi:
- Membaca, menulis, berhitung dalam bahasa Jawa, pekerjaan tangan (membuat keranjang, pot, genteng)
- Jam belajar: pukul 09.00-12.00 dan 13.00-15.00
- Lama sekolah tiga tahun

b. Pengajar
Terdiri dari:
- Guru lulusan Sekolah Desa.
- Gaji tanah bengkok

c. Fasilitas
- Murid duduk di lantai

Europe Lagere School (ELS)
ELS dibuka tahun 1817 di Jakarta, di luar kota didirikan pula dengan syarat memiliki 20 murid untuk Jawa dan 15 murit untuk luar JAwa.

a. Kurikulum meliputi:
Membaca dan menulis bahasa Belanda, berhitung, sejarah Belanda, ilmu bumi, ilmu alam. Tahun 1868 dibuka mata pelajaran dasar-dasar bahasa Perancis, Inggris, dan Jerman, sejarah umum dunia, matematika, pertanian dan menggambar, menjahit untuk perempuan. Bahasa Prancis menjadi syarat masuk HBS, pertanian dihapuskan karena merendahkan martabat orang Belanda.

b. Pengajar
Terdiri dari:
- Didatangkan dari Belanda
- Guru harus memiliki pengetahuan, kepribadian baik, sikap moral baik dan cara berpikir baik.
- Guru pribumi tidak boleh mengajar ELS

c. Murid
- Terdiri dari anak-anak Belanda dari golongan rendah, dan Indo Eropa, kaum ningrat, orang asing beragama kristen. Kusus untuk anak Belanda golongan tinggi diuka Eerste Europese Lagere School (ELS Pertama).

- Sebelum tahun 1894, usia murid tidak dibatasi, namun pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa anak Indonesia tidak boleh melebihi umur 7 tahun, tetapi tidak berlaku untuk anak Belanda.

d. Fasilitas
- Gedung sekolah berkondisi baik, perkarangan dibersihkan oleh para narapidana kemudian diganti oleh pesuruh sekolah tahun 1912. Tahun 1905, dilengkapi dengan perpustakaan.

Hollands Chinese School
Perkumpulan Cina Tung Hoa Hwee Kuan mendirikan sekolah untuk orang-orang Cina pada tahun 1900 karena orang-orang Cina tidak dapat masuk ke sekolah Belanda. Orang Cina lebih senang menyekolahkan anak-anaknya ke Raffles Institut di Singapura. Mereka diajarkan bahasa Inggris disana. Setelah sekembalinya ke Netherland Indie, mereka menganggap rendah bahasa Belanda. Karena ketakutan itulah pemerintah kolonial membuka HCS pada 1908.

a. Kurikulum
- Ada kelas persiapan untuk siswa usia 5 tahun.
- Tidak diajarkan bahasa Melayu (bahasa pasaran)

b. Murid
- Berasal dari Cina-Indo yang lahir di Netherland Indie.

c. Pengajar
- Lulusan dari HCS atau ELS atau MULO non Pribumi.

Hollands Inlandsche School
Sekolah Kelas I diubah menjadi HIS pada tahun 1914 karena anak-anak Indonesia tidak dapat meneruskan sekolahnya lagi.

a. Kurikulum
- Diajarkan membaca, menulis bahasa daerah dalam aksara Latin, Melayu.
- Kelas I diajarkan membaca dan keterampilan, kelas III diajarkan bahasa Belanda

b. Murid
- dipersiapkan untuk golongan bangsawan, tetapi meleset karena bangsawan lebih senang ke ELS, jadi HIS kemudian banyak golongan sosial rendah yang menjadi murid.
- Sangat sedikit perempuan yang jadi murid

c. Pengajar
- Lulusan dari HKS

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
MULO di buka tahun 1903 di Bandung dan Yogya. Sekolah ini kelanjutan dari ELS. Semula sekolah ini berupa kursus dengan program yang diperluas. Lulusan MULO disiapkan untuk bekerja di kantor. 1910 MULO menjadi sekolah 3 tahun. Ijasahnya disamakan naik kelas 3 ke kelas 4.

a. Kurikulum
- Membaca, menulis, bahasa (Belanda, Prancis, Jerman), berhitung, sejarah, menggambar.

b. Murid
- Belanda, Cina, Indonesia

c. Pengajar
- orang Belanda dengan gelar hoofdacte

Hongere Burgerschool
HBS dibuka pada tahun 1860. HBS setingkat dengan SMA. Tujuan sekolah ini untuk mempersiapkan siswa melanjutkan ke universitas. Sekolah ini terbagi menjadi 2 bagian yakni:

· Seksi A, lama studi 6 tahun
· Seksi B, lama studi 4 tahun untuk dipersiapkan ke akademi militer maupn Akademi Perdagangan dan Industri.
Tahun 1867, HBS didirikan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Lama pendidikan awalnya 3 tahun menjadi 5 tahun.

a. Kurikulum
- Sama dengan negeri Belanda yakni: berhitung, mekanika, IPA, IPS, Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis, Jerman).

b. Murid
- Sebelum 1874, semula siswanya adalah Belanda, di tahun itu pribumi boleh masuk. Orang Cina tahun 1877 boleh masuk. 1891, perempuan boleh masuk HBS.

c. Pengajar
- Harus memiliki ijasah Ph. D atau Diploma M.O.
- Karena sulit guru berjasah Ir. AL dan AL dan diploma A dapat mengajar di 3 tahun pertama HBS
Algemene Middelbare School
AMS setingkat dengan SMK. Dibagi menjadi dua bagian yaitu AMS A dan AMS B.

a. Kurikulum
- AMS A mengutamakan satra dan Sejarah. AMS AI dibuka di Solo tahun 1926 mempelajari studi klasik Timur. AMS A II dibuka di Bandung tahun 1920 mempelajari studi kalsik Barat (bahasa Latin dan Yunani).
- AMS B mengutamakan fisika dan matematika. Dibuka pertama kali tahun 1919 di Jakarta.

b. Murid
- Tahun 1919 muri 22 anak Indonesia, 15 Belanda, dan 5 Cina

c. Pengajar
- orang Belanda dengan gelar hoofdacte


Sumber: Sejarah Pedidikan, Materi Kuliah FKIP Pendidikan Sejarah UKSW.

No comments

Powered by Blogger.