Teras Depan Kerajaan Mataram Kuno : Indianisasi di Kabupaten Batang
Batang di simpang perdagangan internasional
Perdagangan maritim yang berkembang antara Cina dan India pada abad-abad awal masehi mendorong munculnya kerajaan Hindu-Budha di Asia Tenggara.
Kapal zaman Mataram Kuno yang terpahat dalam salah satu panel relief Candi Borobudur |
Menurut catatan Cina, beberapa negara di Nusantara terlibat dalam jaringan perdagangan internasional, diantaranya Jawa dan Sumatera.
Memang masih menjadi bahan perdebatan sengit untuk mengidentifikasi letak kerajaan-kerajaan itu.
Sejauh ini, hanya ada dua kerajaan Indonesia yang meninggalkan prasasti di tahun-tahun awal Hindunisasi di Asia Tenggara, yakni: Taruma di Jawa Barat dan Kutai di Kalimantan Timur (5 Masehi). Bagaimana dengan Mataram Kuno di Jawa Tengah?
Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Tengah
Di Jawa Tengah, lanskap politik didominasi oleh Kerajaan Matāram, prasasti bertanggal paling tua adalah Prasasti Canggal (732), yang memperingati berdirinya sebuah lingga oleh seorang raja bernama Sañjaya.
Namun, kurang dari 50 tahun kemudian, kerajaan yang didirikan oleh pangeran Hindu ini tampaknya diperintah oleh seorang raja Budha dari dinasti Syailendra.
Yoni, Ganesha, Nandi. Dapat diperkirakan bahwa Masyarakat Batang jaman dahulu beragama Hindu Siwa. |
Terkait lokasi berdirinya kerjaan Mataram Kuno, jika ditilik dari periode abad kedelapan hingga kesepuluh, mayoritas peninggalan Kerajaan Matāram adalah candi yang banyak tersebar di dataran Kedu (Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah) dan Yogyakarta.
Tidak ada yang dapat membantah fakta bahwa di wilayah tersebut, juga banyak ditemui prasasti. Kemungkinan besar tempat tersebut dahulunya adalah pusat budaya dan pusat politik kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah.
Temuan situs-situs Mataram Kuno di Yogyakarta dan Magelang membuat kita lupa dari arah mana Hindu-Buddha dapat sampai ke pedalaman Jawa Tengah. Apakah dari selatan yakni Samudera Hindia, atau dari utara yakni Laut Jawa?
Dari Gringsing persebaran Hindu-Buddha di mulai
Penelitian arkeologi Hindu Buddha di Pantai Utara Jawa sejauh ini masih terbatas. Data penting seperti jumlah, distribusi, dan sifat situs masih banyak yang hilang. Oleh karena itu, sejarah wilayah Batang selama periode Hindu-Buddha belum banyak terungkap.
Keberadaan candi di sekitar Petirtaan Balaikambang memperkuat dugaan soal peran penting Kabupaten Batang masa silam dalam proses Indianisasi Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Jejak peradaban Hindu itu terekam dalam Petirtaan Balekambang yang diperkirakan dibangun pada abad 5-7 M.
Selain petirtaan, juga ditemukan Prasasti Balekambang yang mengisyaratkan adanya pengaruh budaya India di Indonesia.
Dari tinggalan tersebut setidaknya dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa dahulunya Gringsing menjadi akses masuk pengaruh Hindu-Buddha, baik sebagai agama, budaya, maupun institusi sosial politik di Jawa Tengah.
Jika diurutkan maka rute Indianisasi di Jawa Tengah pertama kali dari Pantai Celong, lalu ke Balaikambang Gringsing dan seterusnya sampai ke Sojomerto Reban.
Menariknya, di Sojomerto sebuah prasasti berhasil merekam nama leluhur Raja-raja Mataram Kuno. Nama orang tersebut adalah Dapunta Syailendra.
Prasasti Sojomerto diperkirakan dibuat pada Abad ke-7 Masehi. Prasasti ini Beraksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Melalui prasasti inilah, kita semua dapat mengetahui darimana daerah asal trah besar penguasa Asia Tenggara kurun waktu abad ke-5 hingga 12 Masehi, yakni dari Batang.
Post a Comment