Pondok Pesantren Al Munawwir Gringsing - Batang

Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme : Mereka Mencari Lada

Lada atau merica sudah digunakan manusia sejak 1550 SM. Nama Lada tercatat dalam catatan Eber papyrus. Sebuah catatan berupa gulungan kertas yang berisi tulisan sepanjang 18 meter dan lebar 30 cm yang merupakan tinggalan bangsa Mesir Kuno.


Tujuan awal kolonialisme dan imperialisme Bangsa Barat ke Nusantara adalah menguasai Lada

Pada abad ke-19 tulisan dalam Papyrus Eber mulai diterjemahkan. Dari catatan ini diketahui bahwa sejak tahun 1550 SM sampai sekarang , Bangsa Mesir masih menggunakan  jenis obat-obatan yang sama, termasuk penggunaan lada atau merica sebagai bahan utamanya.

Dalam gulungan Papyrus Eber, terdapat setidaknya 800 resep yang mencakup 700 macam jenis bahan obat yang terdiri dari resep obat herbal, hewani dan mineral. Kemudian peralatan yang digunakan seperti lumpang, gilingan, ayakan, timbangan dan sebagainya juga disebutkan. Lalu bentuk obat yang dihasilkan seperti pil, obat kumur, lotion, salep mata, plester, dan sebagainya.

Pada tahun 800 SM, lada digunakan oleh Bangsa India untuk bumbu penyedap anggur Charaka. Selain itu lada juga digunakan untuk bahan obat-obatan. Tabib terkenal Sushruta, ahli bedah zaman India kuna, telah memanfaatkan khasiat biji lada dalam ilmu pengetahuan, terutama untuk pengobatan mata dan penyakit telinga. 

Tentang Sushruta atau Suśruta sendiri dalam dunia sastra India selain dikenal sebagai seorang tabib, juga dikenal sebagai penulis utama risalah Suśruta-saṃhitā. Dalam cerita rakyat India kuno Mahabharata menyebutnya, Susruta sebagai putra Vishvamitra.

Pada tahun 4 SM, Theophrastus melukiskan adanya dua jenis lada, yakni lada panjang (long pepper) dan lada hitam (black pepper).Theophrastus sediri adalah seorang filsuf Yunani Kuno. Ia merupakan penerus pemikiran filsuf Aristoteles di sekolah Peripatetik.

Pada tahun 1 SM, Caius Plinius Caecilius Secundus seorang penulis sejarah asal Romawi melaporkan bahwa biji lada hitam berasal dari India Selatan (Malabar) sedangkan lada panjang berasal dari India Utara. 

Pada tahun 40 M, Bangsa Roma berhasil menundukkan Mesir. Setelah ditaklukkan, wilayah ini statusnya bukan lagi negara merdeka tetapi diturunkan menjadi setingkat propinsi dalam kekaisaran Romawi. Perdagangan lada yang awalnya di monopoli bangsa Mesir,  sejak kekalahan mereka itu kemudian direbut di bawah kendali bangsa Roma. 

Bersamaan dengan kekalahan bangsa Mesir, Mariner Hipplaus berhasil menemukan kecepatan sistem angin (monsoons) di samudera India. Kemudian dengan memanfaatkan arah angin, iamelakukan perjalanan ke pantai India. Begitu kagetnya, sesampainya ia di India. Lada disebut-sebut tumbuh subur di barat daya Asia.

Dioscorides, seorang tabib dari Yunani mencatat bahwa dunia kedokteran menggunakan lada hitam dan lada panjang sebagai obat. Karena khasiatnya yang luar biasa Lada hitam diimpor oleh Badan Bea dan Cukai ke Alexandria dalam jumlah yang besar. Namun pada tahun 176 M kekuasaan Roma di Mesir runtuh. Selama Roma berkuasa, Romalah yang menguasal perdagangan lada dunia. Namun setelah takluk maka suku bangsa Arab yang kemudian memegang kendali atas perdagangan lada.

Pesisir Barat India

Pada abad ke-9 M, hubungan dagang antara India dan Cina semakin intensif. Sulaiman, seorang penjelajah dari Cina, melabuhkan kapalnya di pantai Kerala pada tahun 851 M. la mencatat bahwa di India sudah ada praktik budidaya lada hitam yang menjadi salah satu komoditas dagang penting antara Cina dan India, saat itu.

Pada abad 10-11, Maharaja Cola dan putranya Rajendra, penguasa kerajaan India Selatan terlibat peperangan dengan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Nusantara. Perang yang didasarkan motif ekonomi tersebut, akhirnya dimenangkan oleh penguasa Cola. Meskipun hanya sebentar, namun Kerajaan Cola berhasil memperluas wilayah kerajaan mereka sampai ke Jawa dan Bali.

Pada tahun 1200, Cina berhasil memimpin monopoli dagang lada di segitiga emas Asia (China-Nusantara-India). Hegemoni Cina atas komoditas dan perdagangan lada dunia secara besar-besaran, bersumber dari kegiatan impor lada mereka dari Malabar dan Pulau Jawa

Kekayaan lada Nusantara, dicatat dalam perjalanam epik Marcopolo ke Negeri Cina.  Melalui rute jalur sutera, Marcopolo dapat tiba di Jawa pada 1280 M. Meskipun tujuannya mulanya adalah pergi ke Tiongkok, namun karena saat itu angin yang menentukan perjalanan kapal, maka ia harus singgah dahulu ke Pulau Jawa. Di Jawa, Marcopolo melukiskan secara mendetail bahwa budidaya lada berkembang secara luar biasa di pulau itu.

Penjajahan dan monopoli lada oleh bangsa Barat di Asia, dipelopori oleh bangsa Portugis. Pada tahun 1440, Nicolo Contao melukiskan bahwa di Quilon (Kollam) dan Calicut (Kozhikode) dan pantai Malabar ramai terjadi akan perdagangan lada. Kemudian Vasco de Gama, seorang pelaut asal portugis menemukan jalur pelayaran laut yang aman ke India. Vasco de Gama berhasil melabuhkan kapalnya di Calicut daerah pantai Malabar pada tanggal 20 Mei 1498.

Pada tahun 1500, Pedro Alvares Cabral mendaratkan pasukannya di Calicut. la mendirikan supremasi Portugal untuk menyaingi para tengkulak dan pedagang lada di pantai Malabar. Kemudian Alfonso de Albuquerque diangkat sebagai raja muda sekaligus penguasa pantai Malabar atas nama Portugis pada tahun 1508.

Belum puas menguasai Malabar, Albuquerque berlayar ke Malaka. la menguasai tanah dan perdagangan lada di sana pada tahun 1511 setelah menghancurkan Kerajaan Malaka. Sejak itu, sepenuhnya Portugis mengendalikan tata niaga lada dunia.

Namun, kendali Portugis atas tata niaga lada di Malabar semakin lemah pada tahun 1550. Lada sebagai komoditas laku di pasar Eropa, menjadi daya tarik negara-negara Eropa lain untuk mencari tempat tumbuhnya lada. Bersamaan dengan itu, kompeni Inggris dan Belanda berhasil sampai di Malabar. Dengan berbagai cara negara-negara tersebut berusaha menancapkan kekuasaanya di daerah itu guna mendapatkan monopoli lada di sana.

Inggris yang ingin mendapatkan keuntungan besar dalam perdagangan lada, mendaratakan diplomatnya di tanah India pada tanggal 24 Agustus 1600. Perwatakan Inggris yang lebih bersahabat ketimbang Portugis maupun Belanda, membuka jalan negara Inggris untuk mengeruk keuntungan dari bisnis lada dengan raja-raja lokal. Kemudian pada tanggal 31 Desember 1600, Inggris mendirikan kongsi dagang bernama British East India Company (BEIC) untuk urusan tata niaga dan perdagangan rempah lada mereka.

Tidak hanya di Malabar, Inggris juga mencari alternatif lada ke Asia Tenggara. Kapal East India Company pertamakali mendarat di pulau Sumatera pada tahun 1602. Suatu pilihan yang tepat, sebab sejak zaman Sriwijaya, pulau ini menjadi salah satu penghasil lada terbaik di dunia. Dalam misi ini mereka juga bekerja sama dengan penguasa-penguasa lokal di Johor (Malaysia), Siam Amboyna (pulau kecil). Dari kerjasama tersebut, perlahan tapi pasti, Inggris semakin mengalahkan pamor Portugis.

Pasca kekalahan Portugis atas Inggris di India, maka kompetitor Inggris di Malabar tinggal satu negeri, yakni Belanda. Namun pamor kompeni Belanda juga semakin suram secara perlahan- lahan, seiring dengan menguatnya pengaruh raja Travancore.  Inggris mulai masuk mengadakan kontrak kerja sama dengan penguasa dan raja lokal dalam upaya monopoli lada dan komoditas lainnya. Menjelang abad 18, Inggris tercatat sebagai penguasa lada dunia. Sedangkan Belanda, memfokuskan bisnisnya di Kepulauan Indonesia.

No comments

Powered by Blogger.