Pendidikan dan Dunia Hitam Pelajar Indonesia
Saat duduk di bangku
sekolah, tanggal merah adalah moment paling indah karena otak tidak dibebani dengan
seabrek mata pelajaran yang tentunya bikin pusing tujuh keliling. Tetapi saat
ini yang saya rasakan, tanggal merah adalah siksaan karena harus berdiam diri
di rumah. Sambil berdiam diri, saya merenungkan berita tentang pemerkosaan seorang
siswi yang dikabarkan di salah satu stasiun televisi pagi tadi. Dari situ muncul
ide untuk menulis hubungan pendidikan dengan generasi muda. Meskipun saya bukan
pakar analisis sosial, dengan dibantu buku yang saya baca, saya berupaya
menyampaikan apa yang saya pikirkan.
Pada dasarnya ada
sebuah relasi resiprokal antara dunia pendidikan dan kondisi sosial masyarakat.
Relasi ini mempunyai makna bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan
merupakan gambaran dari kondisi sebuah masyarakat yang kompleks. Demikian juga
sebaliknya, kon
disi sebuah masyarakat dapat diketahui kemajuannya dengan kondisi pendidikannya. Namun, rumus relasi resiprokal antara dunia pendidikan dengan kondisi masyarakat tidak selalu berbanding lurus. Bahkan sering tidak berjalan sebagaimana mestinya.
disi sebuah masyarakat dapat diketahui kemajuannya dengan kondisi pendidikannya. Namun, rumus relasi resiprokal antara dunia pendidikan dengan kondisi masyarakat tidak selalu berbanding lurus. Bahkan sering tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dunia pendidikan saat
ini harus dihadapkan pada banyak persoalan yang komplek. Semisal masalah
rendahnya penyerapan lulusan di lapangan kerja, rendahnya kreatifitas lulusan,
kenakalan pelajar, dan turunya kualitas pendidikan.
Potret pelajar saat
ini, merokok bukan hanya dinikmati oleh pelajar laki-laki tetapi sudah merambah
kepada pelajar perempuan. Ada kekawatiran orang tua tentang asal mula generasi
muda mengenal narkoba dari kecanduan nikotin. Pembatasan peredaran tembako
adalah cara jitu supaya generasi muda jauh dari narkoba. Hal ini tentu ada yang
dirugikan yaitu petani tembako. Lepas dari dunia pendidikan agar menemukan kebijaksanaan
bersama, petani tembakau bisa mengganti tanaman tembakau dengan tanaman kopi. Alasannya
adalah mengantisipasi sebelum peredaran tembakau benar-benar dihapuskan oleh
pemerintah RI. melihat peluang bisnis, tanpa kita sadari setiap jam di layar tv,
kita akan menjumpai iklan kopi berbabagai merk. Dari situ kita bisa menganalisa
bahwa konsumsi kopi masyarakat Indonesia tergolong tinggi, oleh sebab itu
produsen kopi instan pasti memerlukan bahan mentah dalam jumlah besar. Sebagai
alternatif pengganti tanaman tembakau, petani bisa mencoba menanam kopi. Mulai
dari skala kecil menanam kopi, sambil melihat apakah peredaran tembakau akan
dihapus seluruhnya, ini nantinya pasti akan mendatangkan keuntungan bagi
petani.
Kembali lagi pada
keprihatinan dunia pendidikan Indonesia. Tawuran pelajar yang setiap hari
mengisi kolom berita di media masa menunjukan ada kemerosotan moral generasi
muda bangsa ini. Tawuran pelajar adalah aksi protes dan meluapnya energi
negatif pada anak muda. Supaya mereka tidak menjadi generasi brutal dalam
menyelesaikan masalah dengan kekerasan, pelajar yang terlibat tawuran harus dibina
dengan pendidikan nilai, budi pekerti dan agama.
Interaksi individu
dengan individu akan menghasilkan dampak, baik positif maupun negatif. Dampak
inilah yang akan membentuk kepribadian individu terutama pada generasi muda
karena pada usia ini mereka sedang mencari jati diri sesuai dengan apa yang
mereka anggap kehidupan nyaman. Kenyamanan seseorang tentu berbeda-beda hal ini
disebabkan oleh kepuasan yang berbeda-beda pula. Anak SMA sangat rentan dengan apa
yang namanya hubungan seks. Kebutuhan biologis tentu saja penting bagi
kesehatan, tetapi pada usia ini, kegiatan tersebut sangat beresiko. Selain
mereka belum siap untuk membina keluarga dikarenakan kurang dewasa dan belum
mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dampak negatif dari penyimpangan
sosial ini klimaksnya dapat menghilangan nyawa seseorang. Kehamilan merupakan
pemicu utama seseorang membunuh nyawa orang, sebagai contohnya adalah aborsi,
bunuh diri karena malu, maupun membunuh karena tidak mau mempertanggung
jawabkan hasil perbuatannya. Kegagalan pendidikan moral juga berdampak pada
pemerkosaan dan tentu saja, perempuanlah yang paling banyak dirugikan.
Generasi muda biasanya berpikir instan, mereka
mudah terhasut isue yang mereka sendiri kadang kurang mengerti fakta sebenarnya
dibalik isue tadi. Dampak isue bisa menjadi pertentangan yang hebat semisal
konflik dan kekerasan dalam skala besar. Jika dilacak akar penyebab konflik di setiap
daerah memang beragam, mulai faktor kesenjangan ekonomi, perseteruan politik
atau masalah perbedaan agama. Supaya kita tidak menjadi korban isue tadi,
sebaiknya kita menahan tempramen diri kita sampai kita benar benar mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, wawasan dan pengetahuan yang luas wajib kita dapatkan karena akan
memudahkan kita untuk menganalisa isue isue yang berkembang di masayarakat agar
kita tidak seperti sebatang kayu yang terombang ambing di tengah samudra tentunya dengan belajar sungguh-sungguh.
Sumber:
Buchari
Alma, dkk., 2010. Pembelajaran Studi
Sosial. Bandung: Alfabeta.
Ngainun
Naum & Achmad Sauqi. 2011. Pendidikan
Multikulturan, Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Vembriarto.
1975. Pathologi Sosial. Yogyakarta:
Yayasan Pendidikan Paramita.
Post a Comment