PEMIMPIN INDONESIA DALAM KESIAP SIAGAAN MENGHADAPI BENCANA
Hujan Abu Merapi 2011 |
Tiap tahunnya becana demi bencana silih
berganti diberbagai bagian negeri ini. Letak Indonesia yang berada di ring of
fire menyebabkan langganan bencana letusan gunung berapi. Ada 129 gunung apo
aktif, 80 diantaranya masuk dalam kategori gunung berapi yang berbahaya.
Sejarah mencatat puluhan ribu pendduk
menjadi korban saat Tambora meletus tahun 1815 dan letusan Krakatau yang
menimbulkan Tsunami pad 1883. Gunung Galunggung di Jawa Barat tahun 1882 dan
Gunung Agung Bali tahun 1963 juga tercatat memakan ribuan korban jiwa.Posisi Indonesia yang berada di atas
pertemuan tiga lempeng utama dunia (lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik)
menyebabkan negara kita ini rawan gempa bumi. Selain itu juga rawan Tsunami. Gempa
bumi yang diiringi Tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004 memakan 200 ribu jiwa. Sedangkan
gempa di Y
ogyakarta memakan korban mencapai 20 ribu jiwa. Dari dua gempa besar Aceh dan Yogyakarta, total kerugian materi mencapai 100 trilyun rupiah.Kerakusan manusia seperti ilegal logging menjadi sebab gundulnya lahan miring. Hal itu berdampak pada masyarakat yang hidup di daerah itu karena mereka harus merasakan bencana banjir bandang dan tanah longsor. Kecerobohan manusia juga menyebabkan puluhan desa terendam lumpur. Kesalahan teknis pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan pengeboran minyak diteggarai sebagai sebab muntahnya lumpur panas dari perut bumi. Belum lagi bencana yang timbul dari transportasi seperti pesawat jatuh, kereta tabrakan, dan kapal tenggelam.
ogyakarta memakan korban mencapai 20 ribu jiwa. Dari dua gempa besar Aceh dan Yogyakarta, total kerugian materi mencapai 100 trilyun rupiah.Kerakusan manusia seperti ilegal logging menjadi sebab gundulnya lahan miring. Hal itu berdampak pada masyarakat yang hidup di daerah itu karena mereka harus merasakan bencana banjir bandang dan tanah longsor. Kecerobohan manusia juga menyebabkan puluhan desa terendam lumpur. Kesalahan teknis pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan pengeboran minyak diteggarai sebagai sebab muntahnya lumpur panas dari perut bumi. Belum lagi bencana yang timbul dari transportasi seperti pesawat jatuh, kereta tabrakan, dan kapal tenggelam.
Pada tahun 2010, tercatat ada lebih dari
700 bencana alam menimpa Indonesia, mulai dari Tsunami di Kepulauan Mentawai,
Banjir Bandang di Wasior, dan Letusan Gunung Api di sekitar Jogja, Klaten,
Muntilan dan Boyolali. Sedangkan yang terbaru tahun 2014 adalah letusan Kelud
di Jawa Timur dan Marapi di Sumatera Barat.
Menurut Sudibyakto, hampir 80 % kota-kota
di Indonesia berisiko menghadapi multiple disaster, yaitu menghadapi lebih dari
satu ancaman bencana. Banyaknya ancaman
bencana yang menghampiri Indonesia maka perlu ada langkah antisipasi untuk
menyiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
Pemerintah sebenarnya sudah mempunyai
sistem penanganan bencana yang bersifat nasional yang memuat prosedur awal sampai dengan penanggapan pasca bencana
yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007. Berada di daerah rawan bencana,
sangat wajar apabila pemerintah menerapkan UU tersebut. Namun yang terjadi di
lapangan masih sering dijumpai antar lembaga
yang menangani bencana saling lempar tanggung jawab. Padahal kekompakan
sangat penting dalam penanganan bencana. Tahapan manajemen bencana meliputi
tiga tahapan, yaitu: 1) Pra bencana yang meliputi: Kesiagaan, peringatan dini,
dan mitigasi bencana. 2) Saat terjadi bencana, berupa tanggap darurat. 3) Pasca
bencana, meliputi: Rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya penanggulangan bencana
lebih efektif dimulai jauh hari sebelum bencana terjadi agar meminimalisir
jatuhnya korban jiwa. Tentu saja apabila terjadi bencana pertolongan korban
bencana harus disegerakan. Sementara pasca bencana adalah pemulihan trauma
korban dan infrastruktur daerah bencana dan pemulihan ekonomi.
Pemimpin mempunyai otoritas dalam
menjalankan berbagai tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan dari masyarakat.
Dalam beberapa hal, pemimpin mempunyai kesitimewaan yang berupa hak. Namun,
pemimpin juga mempunyai banyak kewajiban. Sungguh sebuah ironi apabila pemimpin
malah keluar daerah dikala rakyatnya tertimpa bencana. Sepeti halnya ketika salah
satu dari Gubernur daerah Sumatera malah berpergian ke luar negeri saat
daerahnya tergulung Tsunami dengan alasan menghormati pengundang. Kita dapat
bandingkan pemimpin Indonesia dan Jepang dalam menghadapi bencana alam. Kutipan
langsung Ketua DPR RI (MA) saat bencana Tsunami Mentawai 2010 silam “Nah, ini
yang namanya resiko. Salah sendiri tinggal di pulau terpencil pinggir laut”
berbeda dengan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pasca gempa skala 9 ritcher
diikuti Tsunami yang melanda prefektur Fukushima pada 11 Maret 2011 lalu “berhentilah
mengeluh dan bergeraklah cepat. Prioritas kita adalah nyawa manusia. Selamatkan
sebanyak-banyaknya nyawa!”.
Melihat kenyataan itu, bagaimana bisa rakyat
percaya pada pemimpin bila dalam perjuangan hidup rakyat sering kali disuguhi
kenyataan bahwa pemimpinnya tidak peduli dengan mereka. Sikap dan gaya pemimpin
yang kritis pada bencana sangat mempengaruhi rakyat yang dipimpinnya untuk
melewati masa-masa sulit dan membangun
kehidupan pasca bencana. Pemimpin hendaknya mampu menunjukan komitmen dalam
membangkitkan semangat pantang menyerah pada rakyatnya dan mengajak rakyat
untuk membangun kehidupan baru. Model pemimpin yang melayani sangat penting
dalam mendampingi rakyat jetika rakyat dalam keadaan sulit. Intinya pemimpin
menunjukan empati pada dan tindakan kongkrit membantu rakyatnya yang menjadi
korban bencana.
Sumber Buku:
Eko Harry Susanto, Dkk., 2011. Komunikasi Bencana.Yogyakarta: Asosiasi
Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)
Sumber Foto: Dokumen Pribadi
Post a Comment